Sejarah Pawai Ogoh-ogoh dalam Perayaan Nyepi, Asal Usulnya dari Kutukan Cinta Terlarang

- Rabu, 22 Maret 2023 | 10:40 WIB
Barong Landung yang mengambarkan Raja Jaya Pangus dan Putri Kang Cing Wei. (Insightguides)
Barong Landung yang mengambarkan Raja Jaya Pangus dan Putri Kang Cing Wei. (Insightguides)

Pawai Ogoh-ogoh merupakan salah satu tradisi masyarakat Bali dalam rangka menyambut perayaan Hari Suci Nyepi. Tradisi ini memiliki sejarah dan makna yang begitu mendalam bagi masyarakat Hindu Bali.

Menurut situs Pemerintah Kabupaten Buleleng, Ogoh-ogoh berasal dari kata bahasa Bali ‘ogah-ogah’ yang berarti sesuatu yang digoyangkan. Wujud Ogoh-ogoh ini berupa boneka raksasa yang menggambarkan kepribadian dari Bhuta Kala.

Dalam ajaran Hindu, Bhuta Kala sendiri merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Karena itulah digambarkan dengan wujud raksasa yang kuat.

Sejarah Ogoh-ogoh

-
Patung Ogoh-ogoh (Wikipedia)

Adapun pada situs Pemerintah Kabupaten Badung dijelaskan sejarah Ogoh-ogoh bermula sejak zaman Dalem Balikang. Asal usulnya diwarnai dengan berbagai pendapat.

Ada yang menyebut mulanya Ogoh-ogoh digunakan untuk upacara Pitra Yadnya. Ada juga yang mengatakan tradisi Ogoh-ogoh berawal dari tradisi Ngusaba Ngong-Nging yang ada di desa Selat, Karangasem.

Sementara pendapat lain mengungkap Ogoh-ogoh muncul karena Barong Landung yang merupakan wujud dari Raja Jaya Pangus dan Putri Kang Cing Wei (suami istri) yang memiliki wajah buruk dan menyeramkan dan saat itu pula munculnya Ogoh-ogoh.

Baca juga: Ogoh-Ogoh, Patung Raksasa yang Identik saat Hari Raya Nyepi

Kisah Cinta Terlarang

-
Ogoh-ogoh yang mengambarkan Raja Jaya Pangus. (Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng)

Masih dari sumber yang sama, disebutkan pada abad ke-12 Bali dipimpin oleh Raja Sri Jaya Pangus Harkajalancana.

Jaya Pangus disebut sebagai keturunan penguasa terkenal Airlangga dan masuk dinasti Warmadewa. Di bawah kepemimpinan Jaya Pangus, agama Hindu berkembang pesat di Bali.

Namun pada takdirnya, raja hebat tersebut jatuh cinta dengan putri pedagang Tionghoa yang bernama Putri Kang Cing Wie.

Kisah cinta mereka ditentang dua keluarga karena perbedaan keyakinan dan dikhawatirkan mengundang bencana. Namun Jaya Pangus tak peduli dan tetap menikahi Kang Cing Wie.

Sampai akhirnya pasangan itu melarikan diri ke Bali dan menikah secara adat Hindu. Tetapi ayah sang putri tetap mengutuk mereka menjadi Barong Landung, yaitu dua patung raksasa berwujud laki-laki dan perempuan.

Baca juga: Jelang Perayaan Nyepi, Pemuda Suku Tengger Bromo Membuat Ogoh-ogoh

Tradisi Ogoh-ogoh

-
Pawai Ogoh-ogoh. (Wikipedia)

Tradisi ogoh-ogoh biasa dilaksanakan di Pengerupukan, yaitu hari sebelum Hari Raya Nyepi atau tilem sasih kesanga.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X