Adalah Cheng Chieh, seorang pria Taiwan yang divonis hukuman mati setelah melakukan pembunuhan massal di transportasi publik MRT Taipei pada 21 Mei 2014 silam.
Cheng Chieh membabi buta melayangkan pisau buahnya ke para penumpang MRT. Pisau sepanjang 30 cm itu melukai 22 penumpang dan menewaskan 4 penumpang.
Ketika diinterogasi, Cheng Chieh justru merasa tidak bersalah. Bahkan, kepada polisi dia mengaku akan membunuh orang tuanya bila ada di MRT.
Terbukti enggak memiliki gangguan jiwa, Cheng Chieh mengaku melakukan pembunuhan massal karena ingin melakukan 'sesuatu yang besar' sejak dulu.
Baca juga: Cetak Sejarah Terbesar, Arab Saudi Eksekusi Mati 81 Orang Dalam Satu Hari
Bukan memohon maaf atau meminta keringanan hukum sebagai pembelaan diri, dia justru ingin dihukum mati.
Sebelum kejadian, tempat Cheng Chieh belajar, Universitas Tunghai mencoba untuk memberikannya konseling karena unggahan di media sosialnya mencurigakan.
Tapi, tampaknya hal tersebut tidak memberikan dampak buat Cheng Chieh hingga akhirnya ia nekat melakukan pembunuhan tragis.
Orang tua pelaku sempat meminta maaf dengan tulus di stasiun MRT tempat Cheng Chieh melakukan pembunuhan. Mereka sampai berlutut karena merasa bersalah atas kelakukan anaknya.
"Sebagai orang tua yang membesarkannya selama 21 tahun, kami pasti melakukan kesalahan yang tidak kami sadari. Namun, kami tidak punya pembelaan," kata ayah Cheng Chieh kala itu.
Dieksekusi Mati 2 Tahun Kemudian
Atas perbuatan kejinya, Cheng pun akhirnya dijatuhi hukuman mati setelah pengadilan memutuskan bahwa Cheng tidak sakit jiwa. Artinya, pembunuhan dilakukan dalam keadaan sadar.
Baca juga: Foto Letkol Untung Dieksekusi Mati Mata Ditutup, Divonis Pimpin G30S/PKI Bunuh Jenderal
Cheng juga sudah mengakui tuduhan pembunuhan dan percobaan pembunuhan.
Hakim yang terlibat dalam kasus pembunuhan Cheng, Chen Ming mengatakan, eksekusi mati tersebut adalah salah satu cara untuk menunjukkan kepada publik bahwa keadilan telah ditegakkan di negeri tersebut.
