Pada zaman dahulu, rempah-rempah menjadi komoditas baru yang muncul di pasar dunia dengan permintaan yang tak terhingga. Hal ini membuat pasar Eropa mencari cara untuk berlomba-lomba mendapatkan lokasi yang menjadi gudangnya rempah-rempah.
Sebelum ke Nusantara, orang-orang Eropa menjalin kerja sama dengan para pedagang Arab yang lebih dulu telah menemukan keberadaan Nusantara dengan beragam rempah dan juga kekayaan alamnya.
Baca Juga: IDI Ingin Peneliti di Indonesia Lakukan Riset Terkait Rempah yang Bisa Dijadikan Obat
Dikutip dari Nationalgeographic, orang-orang Arab mendapatkan rempah dari Nusantara yang untuk selanjutnya diperjual belikan. Namun, orang Arab tidak seanarkis orang Eropa yang mengambul rempah-rempah sesuka hatinya.
Para pedagang Arab mendirikan perkampungan sambil menyebarkan agama Islam sembari menerapkan kegiatan bercocok tanam. Dikarenakan tanah Nusantara adalah tanah yang amat subur, pada abad ke-14 para pedagang Arab tadi pun terinspirasi untuk menjual hasil tanaman mereka tersebut hingga ke tanah Eropa.
Tak disangka, ternyata rempah-rempah sangatlah laku hingga membuat pedagang Arab harus terus menjaga rahasia kepada orang Eropa untuk menentukan harga jual yang amat tinggi.
Rahasia tersebut pun mampu dijaga hingga abad ke-16, tepatnya pada awal tahun 1500-an, orang Eropa mengetahui dari mana rempah-rempah itu berasal, tidak lama setelah Vasco da Gama menemukan rute mengelilingi Afrika ke India dan Asia Tenggara.
Rahasia tersebut akhirnya terbongkar oleh Portugis pada tahun 1512, segera setelah mereka menemukan jalur menuju Samudera Hindia. Selama satu abad, Kerajaan Portugis berkuasa di Samudra Hindia.
Lalu pada tahun 1595 sembilan pedagang Amsterdam bergabung dan mengorganisir ekspedisi Belanda yang pertama.
