Seorang peneliti asal Prancis, Eric Marechal dari CEA melakukan penelitian dengan berdiri di atas lereng bersalju sekitar 2.500 meter di atas permukaan laut dan memegang sebuah tabung berisi alga merah tua yang dikenal sebagai "darah salju".
Marechal melakukan penelitian mengenai "darah salju" yang disebut mempercepat pencairan salju di Alpen. Fenomena ini membuat para ilmuwan khawatir.
"Alga ini berwarna hijau. Tetapi di salju, alga ini mengumpulkan sedikit pigmen seperti tabir surya untuk melindungi dirinya," kata Marechal, direktur penelitian di Pusat Nasional Penelitian Ilmiah di Grenoble, Prancis, dikutip dari Antara, Selasa (21/6/2022).
Marechal bersama anggota timnya kini sedang mengumpulkan sampel untuk pengujian laboratorium. Di dekanya, sepertak salju merah terlihat berkilauan di bawah sinar matahari.
Alga tersebut dideskripsikan pertama kali oleh Aristoteles pada abad ketiga Sebelum Masehi, namun baru pada 2019 diidentifikasi secara formal dan diberi nama Latin Sanguina nivaloides.
Baca juga: Waduh! Ilmuwan China Ngaku Terima Sinyal dari Alien
Saat ini para ilmuwan sedang berlomba untuk memahaminya dengan baik sebelum terlambat karena volume salju berkurang akibat kenaikan suhu global yang melanda pgunungan Alpen.
Ada dua alasan mengapa ilmuwan mempelajari alga tersebut. Pertama, ini merupakan kawasan yang baru sedikit dieksplorasi, kemudian yang kedua adalah kawasan tersebut sedang meleleh sehingga ini sangat mendesak.
Beberapa ilmuwan, termasuk Alberto Amato, periset rekayasa genetika di CEA Centre de Grenoble, mengatakan volume alga tersebut sepertinya terus bertambah akibat perubahan iklim, ketika atmosfer mengandung lebih banyak karbon dioksida yang mendukung pertumbuhannya.
Ilmuwan memastikan bahwa keberadaan alga yang disebut darah salju tersebut bisa mempercepat pencairan salju karena pigmen yang dikandungnya mengurangi kemampuan untuk memantulkan panas matahari.
"Makin hangat udaranya, makin banyak alga di sana dan lebih banyak salju akan mencair dengan cepat," kata seorang peneliti, Amato.