Peristiwa Tanjung Priok, Kerusuhan yang Dipicu oleh Pria Berpakaian Militer Palsu

- Senin, 25 April 2022 | 17:34 WIB
Tragedi kerusuhan Tanjung Priok. (Photo/Wikipedia)
Tragedi kerusuhan Tanjung Priok. (Photo/Wikipedia)

Peristiwa Tanjung Priok dikenal sebagai kerusuhan yang terjadi pada 12 September tahun 1984. Kerusuhan ini menelan 24 korban yang meninggal dunia dan 54 orang luka-luka.

Insiden kerusuhan terjadi di Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia yang terjadi karena sekelompok massa melakukan defile sambil merusak sejumlah gedung dan akhirnya bentrok dengan aparat yang kemudian menembaki massa tersebut.

Akibat bentrok tersebut, tercatat ada 9 orang yang tewas akibat terbakar dalam kerusuhan dan 24 orang lainnya tewas karena tindakan aparat, baik penembakan ataupun lainnya.

Kronologi

Insiden itu bermula pada 10 September 1984, di mana Sersan Hermanu seorang Bintara Pembina Desa tiba di Masjid As Saadah di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ia kemudian meminta pengurus Masjid, Amir Biki untuk menghapus brosur dan spanduk yang mengkritik pemerintah.

Namun, Biki menolak, lantas Hermanu memindahkannya sendiri dan dilaporkan kalau Hermanu memasuki area masjid tanpa melepas sepatunya. Hal ini dianggap melanggar etiket masjid dan memicu kemarahan pengurus masjid.

Warga setempat kemudian membakar motor Hernamu yang dipimpin pengurus masjid Syarifuddin Rambe dan Sofwan Sulaeman. Setelah itu, keduanya ditangkap bersama pengurus masjid lain karena juga menyerang Hermanu.

Dua hari pasca penangkapan, Biki memimpin sebuah demonstrasi ke kantor Kodim Jakarta Utara, di mana keempat tahanan tersebut ditahan. Kelompok massa tersebut berkisar antara 1.500 sampai beberapa ribu orang.

Protes dan kerusuhan tidak berhasil menuntut pembebasan tahanan tersebut. Sekitar pukul 11 malam waktu setempat, para pemrotes mengepung komando militer. Namun, personel militer dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara ke-6 menembaki para pemrotes.

Sekitar tengah malam, saksi mata melihat komandan militer Jakarta Try Sutrisno dan Kepala Angkatan Bersenjata L. B. Moerdani yang mengawasi pemindahan korban; mayat-mayat itu dimasukkan ke dalam truk militer dan dikuburkan di kuburan yang tidak bertanda, sementara yang terluka dikirim ke Rumah Sakit Militer Gatot Soebroto.

Setelah kerusuhan tersebut, militer melaporkan bahwa mereka dipicu oleh seorang pria berpakaian militer palsu yang membagikan selebaran anti-pemerintah bersama dengan 12 komplotannya; dilaporkan dari orang yang ditahan.

Jenderal Hartono Rekso Dharsono ditangkap karena diduga menghasut kerusuhan tersebut. Setelah menjalani persidangan empat bulan, dia divonis bersalah; dia akhirnya dibebaskan pada bulan September 1990, setelah menjalani hukuman penjara lima tahun.

Laporan awal menyebutkan 20 orang tewas. Catatan resmi saat ini memberikan total 24 korban tewas dan 54 terluka (termasuk militer), sementara korban selamat melaporkan lebih dari seratus orang tewas. Masyarakat Tanjung Priok memperkirakan total 400 orang terbunuh atau hilang, sementara laporan lainnya melaporkan hingga 700 korban.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

7 Arti Mimpi Memotong Rambut Apakah Pertanda Baik?

Minggu, 28 April 2024 | 10:19 WIB

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X