Pada September 1995 silam, seorang antropolog bernama Johan Reinhard dan rekannya, Miguel Zarate menemukan mumi yang kini dikenal dengan nama Momia Juanita atau Mumi Juanita.
Penemuan itu disertai dengan banyaknya barang-barang untuk pemakaman seperti tembikar, kerang, dan patung-patung kecil lainnya.
Dilansir Archaelogy World, saat penemuan mumi tersebut di dekat puncak Gunung Ampato, Mumi Juanita masih terlihat utuh. Hal ini dikarenakan suhu dingin dan udara tipis di ketinggian 6.000 meter atau 20.000 kaki.
Baca Juga: Praktik Persembahan Anak-anak untuk Disambar Petir di Suku Inca
Juanita sendiri diidentifikasikan sebagai wanita untuk pengurbanan manusia pada suku Inca sebagai persembahan kepada para dewa. Dalam perjalanannya sebagai objek pengurbanan, terdapat rentetan hal aneh yang terjadi pada wanita tersebut.
Salah satunya ialah perubahan pola makannya sebelum capacocha, yakni upacara pengurbanan manusia tersebut. Pola makannya beralih dari kentang dan sayuran ke makanan yang lebih elit dan mengandung protein hewani.
Tak hanya itu saja, Juanita juga diidentifikasi mengonsumsi koka dan juga alkohol dalam jumlah yang besar. Hal ini dipercaya sebagai penawar rasa sakit Juanita sebelum menjalani penderitaan tersebut.
Seorang ahli forensik dan arkeologi Andrew Wilson menjelaskan bahwa enam sampai delapan minggu terakhir kehidupan anak-anak suku Inca yang dikurbankan memang sengaja dibuat sangat mabuk.
Kondisi ini karena reaksi kimia koka dan alkohol mampu membuat tubuh seseorang merasa rileks apabila dibunuh dalam kondisi masih hidup. Seorang ahli radiologi bernama Elliot Fishman menemukan bahwa kematian Juanita disebabkan oleh pendarahan hebat akibat pukulan pentungan dikepalanya.
