Bukan Tempat Jin Buang Anak, Kalimantan Sempat Jadi Pusat Pemerintahan Kerajaan Kutai

- Rabu, 26 Januari 2022 | 14:12 WIB
Kedaton lama Kesultanan Kutai Kertanegara (Kedaton Putih) yang sekarang menjadi Museum Mulawarman. (Wikpedia).
Kedaton lama Kesultanan Kutai Kertanegara (Kedaton Putih) yang sekarang menjadi Museum Mulawarman. (Wikpedia).

Seorang wartawan senior Edy Mulyadi, Kalimantan disebut sebagai tempat yang sepi dan mengistilahkan lokasinya sebagai tempat jin buang anak. Hal itu merupakan kata-kata penolakannya akan pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara yang kini terletak di Kalimatan Timur. 

Faktanya dalam sejarah, Kalimantan merupakan tempat lahirnya pusat pemerintahan salah satu kerajaan tertua di Indonesia. Yaitu Kerajaan Kutai Martadipura yang terletak di Kalimantan Timur

Kenalan dengan Kutai Martadipura.

Menurut 'The Yupa Inscription of King Mulawarman, from Koetei (East Borneo)', Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua berupa prasasti Yupa dan berdiri sekitar abad ke-4. Pusat kerajaan ini terletak di Muara Kaman, yang saat ini adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Informasi nama Martapura diperoleh dari kitab Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara yang menceritakan pasukan Kerajaan Kutai Kertanegara dari Kutai Lama menyerang ibu kota kerajaan ini.

Baca Juga: 'Tempat Jin Buang Anak' Sebutan Untuk Tempat Terpencil dan Jauh dari Keramaian

-
Parasasti raja Kutai. (Wikipedia).

 

Penemuan prasasti.

Sumber primer sejarah Kerajaan Martadipura adalah tujuh prasasti yupa yang ditemukan di Bukit Brubus, Muara Kaman. Penemuan batu bertulis ini tidak sekaligus, melainkan dalam dua tahap dengan rentang waktu lebih dari setengah abad. Tahap pertama, empat prasasti ditemukan pada tahun 1879. 

Setahun kemudian, keempat prasasti tersebut diangkut ke Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (kini Museum Nasional, Jakarta). Tahap kedua, tiga prasasti lainnya ditemukan berselang 61 tahun kemudian, yakni pada 1940. Ketiganya disimpan di museum yang sama.

Selain sumber prasasti yupa, terdapat kitab Surat Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara. Naskah Arab Melayu ini belum dibahas oleh Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia sehingga perihal lanjutan riwayat Dinasti Mulawarman tidak termuat dalam buku babon Sejarah Nasional Indonesia.

Penamaan Kerajaan Kutai.

Nama kerajaan tertua di Nusantara yang umumnya diketahui oleh khalayak adalah Kutai. Tim Penyusun Sejarah Nasional Indonesia mengungkapkan, nama Kutai digunakan oleh para peneliti sejak zaman Belanda untuk menamakan kerajaan Dinasti Mulawarman berdasarkan lokasi penemuan prasasti yupa di wilayah Kesultanan Kutai. Tetapi, prasasti yupa sendiri tidak menyebutkan nama kerajaannya dengan Kutai..

Raja-raja Kutai Martadipura.

Hanya ada lima nama raja yang tercatat dalam sumber sejarah, yakni 3 orang di Prasasti Yupa beraksara Pallawa dan 2 orang dalam kitab Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara beraksara Arab Melayu. Adapun informasi lain yang menyebutkan daftar lebih dari 20 raja tidak berdasarkan sumber sejarah yang autentik, melainkan dari ucapan meranyau seorang dukun dalam upacara adat belian.

Para raja-rajanya terdiri dari Maharaja Kudungga, Maharaja Aswawarman (anak Kudungga), Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman). Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Hindu.

Artikel Menarik Lainnya:

 

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X