Batik Indonesia ditetapkan sebagai 'Warisan Budaya Dunia Kategori Lisan dan Non Bendawi' pada 2 Oktober 2009, lewat keputusan komite 24 negara yang bersidang di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Saat ini banyak orang yang mengenakan batik baik saat acara formal maupun non formal. Batik lebih mudah dijumpai dan dibeli melalui belanja online maupun offline.
Mengenai batik nasional, tidak afdol rasanya jika kita tidak membicarakan maestro batik Indonesia, Nusjirwan Tirtaamidjaja atau yang lebih dikenal Iwan Tirta.
Menandai Hari Batik Nasional yang jatuh pada hari ini, Rabu (2/10), berikut profil dan karya batik Indonesia yang #KAMUHARUSTAU
1. Bercita-cita menjadi diplomat
Iwan Tirta berkuliah di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Lulus pada 1958, beliau sempat menjadi dosen Hukum Internasional sebelum melanjutkan pendidikan di London "School of Economics and School of Oriental and African Studies.
Setelah kembali ke tanah air, ia diangkat menjadi Associate Professor dalam ilmu hukum internasional di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
2. Mendalami ilmu batik
Setelah menjalani karir menjadi Associate Professor ilmu hukum internasional di Universitas Indonesia, Iwan Tirta kembali melanjutkan pendidikannya di Universitas Yale, Amerika Serikat.
Lulus pada 1965, beliau kembali ke Jakarta pada tahun 1970. Ketika kembali ke Jakarta, ia justru terdorong untuk mengadakan penelitian mengenai seni batik.
Sejak itu pula seorang Iwan Tirta mendedikasikan diri untuk mengembangkan seni luhur warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia.
3. Karya batiknya dipakai oleh pemimpin dunia
Batik rancangan Iwan Tirta digunakan sebagai pakaian tradisional yang dikenakan para kepala negara pada pertemuan APEC tahun 1994.
Batik Iwan Tirta telah dikenakan oleh sejumlah pemimpin dunia, yaitu Nelson Mandela, Ronald Reagen, dan Bill Clinton. Beliau juga pernah diminta merancang busana batik untuk George W. Bush dan istrinya.
Selain merancang busana batik, Iwan Tirta juga membuat buku mengenai baju batik Indonesia yang berisikan pola dan motif batik dengan aspek sejarah dan sosiologi pada tahun 1966.
Rancangan terkenalnya ialah mengubah pola-pola batik yang biasa digunakan untuk kerja menjadi lebih modern dan unik. Rancangannya berhasil masuk ke majalah internasional, seperti Vogue, Harper's Bazaar, Architechture's Digest, New York Times, Asia Weeks, dan National Geographic.
4. Rancangan batiknya sering berseliweran di Fashion Show
Untuk pasar lokal, rancangan busana karya Iwan Tirta cenderung digemari oleh kalangan atas. Harga satuan batiknya berkisar Rp 6 juta hingga Rp 15 juta atau lebih, tergantung dari segi desain dan kesulitannya.