Pakaian dalam termasuk barang yang hampir setiap orang memakainya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, ketika waktunya tiba, pakaian dalam harus diganti dengan yang baru demi kenyamanan dan kesehatan pemakainya.
Ginekolog di NYU Langone Health, Taraneh Shirazian mengatakan memang tidak ada bukti medis yang menunjukkan memakai pakaian dalam lama jelas tidak sehat atau merupakan faktor risiko kondisi tertentu vagina.
Namun dalam hal kenyamanan dan mengurangi kemungkinan terjadinya masalah seperti reaksi alergi atau infeksi, maka disarankan mengganti pakaian dalam secara teratur.
Dilansir Health, Profesor klinis mikrobiologi dan patologi di NYU School of Medicine, Philip Tierno juga menyatakan pakaian dalam tidak memiliki tanggal kedaluwarsa.
Namun, jika celana dalam sudah tidak berfungsi secara mekanis atau misalnya ada lubang atau karetnya lepas, maka itulah saatnya untuk menggantinya.
Pasalnya, mengenakan pakaian dalam yang usang dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Shirazian menjelaskan, apabila jahitan celana dalam robek, hal itu dapat mengiritasi kulit dan mengakibatkan luka atau lecet yang meningkatkan risiko infeksi.
Lalu, saat memilih pakaian dalam untuk pertama kalinya, waspadalah terhadap hal-hal seperti bahan, pewarna, dan bahan kimia yang terkandung di dalamnya.
Shirazian merekomendasikan mengenakan celana dalam berbahan katun, karena bahan itu tidak membiarkan kelembapan menumpuk yang berpotensi mengakibatkan infeksi.
Di sisi lain, kain sintetis seperti nilon dan spandex menahan kelembapan dan tidak mudah kering sehingga meningkatkan risiko iritasi dan infeksi.
Untuk penggunaan sehari-hari, sebaiknya gunakan pakaian dalam yang nyaman, lembut, dan menyerap kelembapan apapun model dan jenis pakaian dalamnya.
