Mengenal Reramban, Busana yang Terbuat dari Daun

- Jumat, 21 Februari 2020 | 09:39 WIB
Evi Kurniawati selaku owner Reramban saat MUFFEST 2020 di JCC, Kamis (20/2/2020). (INDOZONE/Syarifah Noer Aulia)
Evi Kurniawati selaku owner Reramban saat MUFFEST 2020 di JCC, Kamis (20/2/2020). (INDOZONE/Syarifah Noer Aulia)

Misi untuk menyelamatkan lingkungan ternyata nggak sekadar teriak-teriak di sosial media saja lho. Sebagai generasi muda kamu bisa memberikan kontribusi yang lebih nyata terhadap kelangsungan bumi.

Seperti yang dilakukan Evi Kurniawati, ia merupakan pengrajin asal Malang yang menekuni pembuatan fashion eco-friendly sejak tahun 2017 lalu.

Saat ditemui Indozone di perhelatan Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2020 di JCC, ia menceritakan awal mula mendirikan 'Reramban'.

Ia melakukan teknik pemindahan motif daun pada selembar kain dengan cara dipukul dengan palu dan steam. Proses alami ini biasa disebut eco-print hapa zome.

Mantan pengrajin batik ini mengaku, pembuatan kain Reramban jauh lebih ramah lingkungan, karena limbah yang dihasilkan bisa terurai dengan cepat.

Meski teknik pembuatannya masih belum familiar, Evi tetap semangat untuk terus menekuni dan menyebarluaskan movement untuk mencintai lingkungan.

"Ketika itu saya sadar, mau sampai kapan kita mencemari lingkungan dengan limbah hasil pembuatan kain-kain yang menggunakan zat kimia. Berangkat dari kegelisahan tersebut, akhirnya saya perlahan-lahan mendalami teknik eco-print di Yogyakarta," kata Evi Kurniawati selaku owner Reramban saat MUFFEST 2020 di JCC, Kamis (20/2/2020).

-
Evi Kurniawati bersama putrinya. (INDOZONE/Syarifah Noer Aulia)

Kain-kain yang diproduksi Evi biasanya terbuat dari katun, rayon, linen dan sutera. Untuk motif, biasanya ia mencari daun-daun yang ada disekitaran rumahnya. Seperti, daun jarak, afrika, akasia, randu, kalpataru, eucalyptus, jenitri dan semua daun yang mengandung tanin tinggi.

"Bagi saya mencari daun itu refreshing, saya merasa senang dan tenang saat menelusuri sudut demi sudut di kota Malang dan sekitarnya," ucapnya.

Proses eco-print memang tak bisa disamakan dengan proses pencantingan, karena setiap motif eco-print yang dihasilnya tidak bisa ditebak.

Hal ini dikarenakan karakter daun yang berbeda-beda. Motif akan menyesuaikan dengan besar ukuran daun yang ditempelkan. Untuk membuat satu lembar kain dibutuhkan waktu selama tiga bulan.

Pertama kain akan dibersihkan dari kotoran yang menempel seperti lilin maupun zat pet pemutih. Setalah itu baru dilakukan proses pemanasan untuk melekatkan warna daun pada kain.

Tak hanya kain lembaran, Reramban juga menciptakan busana ready to wear seperti outer, dress dan blus.

"Variasi koleksi Reramban saya ciptakan bersama puteri saya, Mutiara Arsya (21). Dia lebih mengerti tren fashion yang disukai anak zaman sekarang," pungkasnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Manfaat Rosemary Oil sebagai Perawatan Rambut

Rabu, 24 April 2024 | 13:49 WIB

4 Manfaat Menggunakan Masker Rambut Secara Rutin

Rabu, 17 April 2024 | 12:30 WIB

7 Cara untuk Cegah Bibir Kering dan Pecah-pecah

Senin, 15 April 2024 | 09:00 WIB
X