Mengintip Keindahan Kain Pinawetengan Minahasa

- Jumat, 13 Maret 2020 | 16:45 WIB
Kain Pinawetengan asal Minahasa yang digunakan oleh seorang model (Dok Tim Muara Bagja)
Kain Pinawetengan asal Minahasa yang digunakan oleh seorang model (Dok Tim Muara Bagja)

Keindahan kain Nusantara memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Minahasa merupakan salah satu dari sekian banyak daerah di Indonesia yang menghasilkan kreativitas dan produksi kain terbaik. 

Kain Pinawetengan merupakan kain tradisional dengan corak khas Minahasa yang direka ulang dengan corak dan teknik baru. Karena kain tradisional Minahasa yang asli sudah lama punah. Sampai saat ini, konon hanya ada satu lembar wastra dari Minahasa yang ada di Indonesia yang disempan di Museum Nasional. Sementara ada dua lembar kain lainnya di Tropen Museum, Amsterdam, Belanda.

Terdapat dua jenis wastra tradisional yang dikenal dengan kain Bentenan (bukan kain merek Bentenan) dan kain Pinatikan. Namun kedua kain ini sejak sekitar 100 tahun lalu sudah tidak diproduksi lagi dan tidak digunakan lagi oleh masyarakat setempat.

Awalnya kain pinawetengan hanya memproduksi kain-kain bermotif yang ada di Watu Pinawetengan dalam bentuk cetak (print). Ditampilkan dengan berbagai warna khas Minahasa, warna-warna mencolok. Terdapat corak bunga cengkeh, dan motif aneka binatang bahari, karena Minahasa terkenal akan biota laut yang sangat kaya, serta masih banyak lagi. 

-
Kain Pinawetengan asal Minahasa yang digunakan oleh seorang model (Dok Tim Muara Bagja)

"Pada awalnya kain yang dibuat dalam bentuk print dengan mengangkat corak-corak dan guratan yang tertera di situs budaya Watu Pinawetengan. Situs ini diperkirakan berusia sekitar 2000 tahun, namun baru ditemukan sejak tahun 1888. Pada awalnya Kain Pinawetengan hanya memproduksi kain-kain bermotif yang ada di Watu Pinawetengan dalam bentuk cetak (print),"Iyarita Mamoto, Ketua Yayasan Institut Seni dan Budaya Sulawesi Utara di Jakarta, Kamis (12/3/2020).

Kain Pinawetengan mengembangkan tenun songket yang ragam motifnya pun masih diambil dari berbagai motif tradisional khas Minahasa. Selain itu. Kain ini juga mengingatkan kita akan peristiwa demokrasi yang terjadi di Watu Pinawetengan.

Selain itu terdapat pula aneka tenun songket dengan warna-warna lebih mencolok dengan corak-corak khas Minahasa. Setiap lembar berukuran sekitar 2,25 – 2,50 meter. 


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Manfaat Rosemary Oil sebagai Perawatan Rambut

Rabu, 24 April 2024 | 13:49 WIB

4 Manfaat Menggunakan Masker Rambut Secara Rutin

Rabu, 17 April 2024 | 12:30 WIB

7 Cara untuk Cegah Bibir Kering dan Pecah-pecah

Senin, 15 April 2024 | 09:00 WIB
X