Sinar matahari pagi memang dikenal bermanfaat untuk tubuh yakni sebagai sumber vitamin D yang baik untuk tulang.
Namun, ada waktu-waktu tertentu di mana sinar matahari sedang jahat-jahatnya sehingga dapat membuat kulit terbakar jika terpapar terlalu lama.
Sinar matahari memiliki 3 jenis sinar radiasi yakni ultra violet A (UVA) dengan gelombang panjang, ultra violet B (UVB) dengan gelombang pendek, dan ultra violet C (UVC) dengan gelombang sangat pendek.
Semakin pendek gelombang, semakin besar tingkat radiasi yang bisa merusak kulit.
Jadi, di antara semua sinar ultra violet, UVC adalah yang paling merusak kulit.
Untungnya, lapisan ozon bumi mampu menghalau sinar UVC sehingga hanya sinar UVA dan UVB yang menembus ke bumi.
Seorang dermatolog dr. Nana Novia Jayadi, Sp.KK dalam keterangan pers-nya yang dikutip dari Antara mengatakan secara umum adiasi UVA dan UVB pada kulit paling tinggi terpapar pada rata-rata jam 11.00 sampai jam 14.00.
Oleh sebab itu, usahan tidak berada terlalu lama di bawah sinar matahari dalam periode waktu tersebut.
"Bayangkan sinar UVA sebagai UVAging dan UVB sebagai UVBurning. Jika terpapar sinar matahari terlalu lama, UVA akan menembus lapisan kulit lebih dalam dan dapat menyebabkan penuaan kulit berupa keriput dan noda hitam," kata dokter Nana.
Secara klinis, jenis kulit orang Indonesia masuk dalam kategori Phototype antara nomor IV dan V menurut Fitzpatrick, yang artinya kulit orang Indonesia memang kaya zat pewarna kulit atau melanin.
Oleh karena itu kulit lebih mudah menggelap saat terpapar sinar matahari.
"Terpapar sinar UVB terlalu lama akan membakar kulit dan memengaruhi melanin, sehingga mengakibatkan kulit yang lebih gelap, meski pembentukan vitamin D pada tubuh adalah hasil paparan sinar matahari yang mengandung sinar UVB."
Bahkan paparan sinar UVA yang ekstrem bahkan bisa menyebabkan kanker.
