Pakem-pakem Penggunaan Motif Batik untuk Upacara Adat

- Rabu, 2 Oktober 2019 | 15:58 WIB
Kain batik. (infobatik.id)
Kain batik. (infobatik.id)

Zaman dahulu hingga sekarang, masyarakat Jawa menggunakan batik dalam berbagai upacara adat. Kebudayaan Jawa mempunyai upacara adat yang lengkap terhadap perkembangan manusia.

Penggunaan batik dikelompokkan melalui motif atau ragam hias yang sesuai upacara adat tersebut. Hal itu terjadi dari generasi ke generasi sehingga terciptalah pakem-pakem pemakaian batik.

Pada setiap upacara adat, kain batik yang motifnya sesuai dengan upacara adat juga diturutsertakan. Hal itu dikarenakan motif atau ragam hias mempunyai makna tersendiri. Di dalam motif terdapat harapan dan simbol pengabdian hamba kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berikut ini pakem-pakem pemakaian motif batik untuk upacara adat:

1. Pemakaian batik pada upacara pernikahan adat Jawa

-
Pemakaian batik upacara pernikahan adat. (Infobatik.id)

Sejak zaman kerajaan hingga sekarang, batik digunakan dalam rangkaian upacara pernikahan adat Jawa. Hal itu terkait dengan simbol dan makna yang dikandung dalam sebuah batik bagi kehidupan masyarakat jawa.

Di Yogyakarta sendiri terdapat banyak sekali macam motif batik yang hanya digunakan pada acara prosesi pernikahan seperti siraman, midodareni, akad nikah, sampai dengan resepsi (pahargyan). 

Dalam serangkaian prosesi adat pernikahan tersebut, motif kain batik yang digunakan juga berbeda-beda.

Dikutip dari laman Warga Jogja, simak yuk ulasan mengenai makna dari tiap motif kain batik yang digunakan dalam rangkaian pernikahan adat Jawa gaya Yogyakarta.

  • Siraman

Siraman adalah prosesi yang dilakukan untuk memandikan calon pengantin yang disertai niat untuk membersihkan lahir dan batin.

Mempelai laki-laki dan perempuan menggunakan jarik dengan motif batik grompol. Grompol berasal dari bahasa jawa yakni dompol yang artinya bergerombol. Harapannya, penggunaan motif ini diberikan rejeki yang datangnya bergerombol atau banyak.

  • Midodareni

Prosesi midodareni dilaksanakan pada malam sebelum akad nikah. Pada malam inilah, dipercayai sebagai waktu turunnya bidadari untuk mendampingi mempelai perempuan.

Orangtua dan mempelai perempuan menggunakan kain batik dengan motif truntum. Dalam Bahasa Jawa, truntum dimaknai sebagai tumaruntum yang artinya siap dituntun. Motif ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Beruk, selir dari Paku Buwana III.

Sedangkan mempelai laki-laki menggunakan kain batik dengan motif wahyu tumurun. Motif ini dimaknai sebagai pengharapan datangnya wahyu dari Tuhan.

  • Akad Nikah

Dalam prosesi akad nikah, kain jarik yang digunakan bermotif sidomukti, sidoluhur atau sidoasih. Sido memiliki arti menjadi, mukti artinya kemakmuran, luhur artinya mulia, dan asih artinya dicintai.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

Manfaat Rosemary Oil sebagai Perawatan Rambut

Rabu, 24 April 2024 | 13:49 WIB

4 Manfaat Menggunakan Masker Rambut Secara Rutin

Rabu, 17 April 2024 | 12:30 WIB

7 Cara untuk Cegah Bibir Kering dan Pecah-pecah

Senin, 15 April 2024 | 09:00 WIB
X