Pandemi virus corona masih menjadi polemik di kehidupan masyarakat saat ini. Setiap harinya kasus positif virus corona terus menunjukkan peningkatan. Tak hanya di Indonesia, secara global sejumlah negara masih melarang keras warganya untuk beraktivitas dengan leluasa.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pun masih diberlakukan dengan penyesuaian menuju era new normal.
Perubahan tak hanya terjadi pada aktivitas saja, melainkan gaya busana. Di masa transisi era new normal, masyarakat lebih menekankan perlindungan diri dengan menggunakan sejumlah atribut, mulai dari masker, topi, kacamata, sarung tangan, sarung sepatu hingga outer.
Lalu sebenarnya efektif nggak sih menutupi diri dari ujung rambut hingga ujung kaki seperti itu?
Pertama kita harus bisa mengenali jenis virusnya terlebih dahulu. Karena hal utama penyebaran itu bisa terjadi dikarenakan kontak langsung dengan penderita dan droplet yang memercik dari penderita. Apabila droplet ini bisa mengenai permukaan benda seperti baju maka benda tersebut akan terkontaminasi. Lebih baik menghindari transmisi virus dari penderita ke orang sehat.
Seperti yang diungkapkan Dr. Philip Tierno ahli mikrobiologi di NYU Langone Health yang dikutip dari laman GQ, Sabtu (18/7/2020) mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa penggunaan jacket atau outer berbahan nilon atau katun bisa memberikan perlindungan yang efektif.
Persepsi orang untuk menutup dirinya dari ujung kaki dengan atribut sebetulnya hanya untuk melindungi diri saat keluar rumah. Sebagian besar orang menganggap bahwa busana yang dikenakan bisa menjadi tameng untuk melindungi diri dari droplet atau kontak langsung dengan orang lain.
Padahal kita tidak perlu memikirkan jenis baju tertentu yang harus dipakai saat bertemu dengan orang lain di luar rumah.
