Ribuan tahun yang lalu para wanita tak dapat membuktikan kehamilannya dengan alat modern seperti test pack di zaman ini.
Namun sebuah papirus dari zaman kuno telah menunjukkan bagaimana orang-orang di zaman itu mengenali kehamilan mereka.
Papirus tersebut ditemukan oleh peneliti Mesir, Kim Ryholt dari Universitas Kopenhagen.
Ia mengatakan wanita Mesir sekitar 3.500 tahun yang lalu akan menuangkan air seninya ke dalam benih barley (jelai) dan emmer (jenis gandum Mesir Kuno).
Jika benih tersebut berkecambah maka para wanita itu sedang mengandung.
Uniknya lagi, tafsir dari papirus itu menyebutkan cara mereka melihat jenis kelamin dari bayi.
Jika biji jelai yang tumbuh maka anak itu adalah laki-laki. Jika biji emmer yang tumbuh, anak itu adalah perempuan.
Sedangkan jika benih tidak bertunas maka wanita tersebut tidak memiliki anak.
Science info menyebutkan, papirus kuno itu ditulis oleh orang Mesir yang berasal dari sekitar 1.500-1.300 SM.
Melalui penelitian ternyata metode tes kehamilan yang tercatat di kertas papirus itu digunakan oleh banyak kerajaan.
Dengan menguji keakuratan tes kehamilan menggunakan urine, gandum dan jelai, maka 70% kasus memberikan hasil yang tepat.
Sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal Medical History pada tahun 1963 menunjukkan bahwa 70% urine tes kehamilan ibu hamil menyebabkan perkecambahan beras.
Meski mereka menyimpulkan bahwa pendekatan ini tidak dapat dipercaya untuk menilai jenis kelamin anak.
Penyebab perkecambahan biji oleh urine adalah tingginya konsentrasi estrogen dalam air seni ibu hamil, yang akhirnya merangsang pertumbuhan gandum dan barley.
