Secara geografis Pulau Sabu terletak diantara Pulau Sumba dan Rote, termasuk wilayah Kabupaten Sabu Raijua. Pulau ini pernah disinggahi oleh penemu benua Australia, James Cook pada tahun 1770.
Pulau Sabu mulai dikenal sejak salah satu objek wisata bukit warna-warni "Kelabba Madja", menjadi juara Anugerah Pesona Indonesia Kategori Surga Tersembunyi Terpopuler pada tahun 2018.
Sejak saat itu, banyak pelancong baik lokal maupun luar NTT berdatangan untuk melihat langsung objek ini. Terbaru, ada objek wisata yang populer di media sosial, yaitu Gua Lie Mabala.
Baca juga: Wisata Sejarah di Gua Togi Ndrawa, Konon Jadi Tempat Persembunyian di Masa Penjajahan
Gua yang konon ceritanya dihuni oleh orang sakti di Pulau Sabu ini mulai ditata dan dibuka unuk umum, sejak diadakannya Festival Kelabba Madja.
Di bagian atas gua ini, ada pepohonan beringin yang akarnya menjalar, sehingga bisa dijadikan spot foto yang tidak kalah menarik.
Mulut gua cukup terbuka dan tersedia akses untuk turun berupa tangga dari kayu. Ada beberapa lubang di bagian atas gua yang membuat kondisi di dalam tidak pengap, apalagi ukurannya cukup luas.
Dinding gua ini memiliki corak warna-warni. Ada pula batuan mirip menjir yang semakin menambah keindahan gua.
Waktu terbaik untuk berkunjung adalah siang hari pada pukul 11.00-13.30 WITA, karena saat itu cahaya matahari menerobos masuk dari atas gua sehingga kita dapat mengambil gambar seolah diterpa cahaya dari surga.
Baca juga: Delegasi ATF 2023 Wajib Kunjungi PALEO Stone Age Fantasy, Nikmati Sensasi Makan di Gua
Terletak di Desa Eimau, Kecamatan Sabu Tengah, wisata ini bisa diakses dengan menggunakan kendaraan pribadi roda dua atau empat sekitar 30 menit dari Kota Seba.
Saat tiba, pengunjung harus berjalan kaki melewati track sekitar 500 meter untuk mencapai mulut gua. Kemudian, dilanjutkan dengan menuruni anak tangga dari kayu.
Ada juga fasilitas yang disediakan berupa lopo untuk berteduh, tempat sampah, dan juga toilet.
Untuk menuju Pulau Sabu sendiri dapat menggunakan akses laut atau udara. Akses Udara dengan menggunakan pesawat Dimonim Air dari Kota Kupang, Rote Ndao, atau Waingapu, Sumba Timur.