Permainan tradisional Betengan pasti enggak asing buat generasi 90-an, namun kini sudah mulai dilupakan. Prihatin dengan kondisi tersebut Betengan mulai dihidupkan kembali oleh kelompok pemuda yang tergabung dalam Ponorogo Creative Forum.
Turnamen Betengan yang dilaksanakan di Lapangan Arjowinangun, Desa Tamansari, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo ini disaksikan ratusan pasang mata.
Para penonton tampak antusias melihat permainan para pemain yang saling adu strategi dalam mempertahankan “benteng” dari serangan lawan.
Betengan sendiri adalah sebuah permainan dan olahraga tradisional yang dimainkan oleh dua tim. Dimana setiap tim terdiri dari lima orang.
Di lapangan dengan ukuran 20 x 10 meter masing-masing tim harus bertahan dari gempuran tim lawan agar “benteng” yang dijaganya tidak tersentuh lawan atau istilahnya di-pal oleh lawan.
Dalam lapangan tersebut juga terdapat dua tiang tinggi atau sering disebut ‘pal’ yang terletak diujung sisi masing-masing tim lawan dan berada pada sisi tengah ujung lapangan.
Dalam sisi tengah kanan masing-masing tim juga terdapat kotak berukuran 1,5 x 1 meter untuk memenjarakan anggota tim lawan yang tersentuh.
Untuk menambah keseruan dan penentuan pemenang dalam turnamen Betengan ini juga dilakukan penilaian dengan sistem poin dan beberapa aturan ketat terkait dengan sportivitas pertandingan.
Meski begitu jika pemain lawan langsung bisa menyentuh tiang sambil berteriak “beteng” maka langsung bisa menang.
“Jika pemain tersentuh anggota badannya oleh pemain lawan maka akan masuk kedalam kotak yang istilahnya penjara, dari situ tim lawan juga akan mendapatkan poin,” ujar Juri turnamen, Difky Galing, Minggu (9/10/2022).
Permainan akan semakin seru ketika beberapa anggota tim lawan masuk ke dalam penjara, maka tim yang anggotanya masuk ke dalam penjara akan berusaha untuk menyelamatkan dengan menyentuh kembali rekan satu timnya. Namun harus juga mengambil resiko akan masuk penjara karena tersentuh lawan.
Masing-masing tim juga harus atur strategi untuk menggoda tim lawan agar meninggalkan bentengnya. Dalam hal ini setiap anggota tim terkadang harus adu sprint lari karena dikejar oleh tim lawan.
Sementara anggota tim lainnya juga harus atur strategi untuk menyentuh tiang untuk di-pal guna memenangkan pertandingan.
“Stamina dan sportivitas harus dijaga, kalau menyentuh tim lawan dengan cara memukul, maka otomatis akan masuk ‘penjara’ begitu juga jika keluar garis tepi lapangan,” kata Galing.