Tak hanya Toraja di Sulawesi Selatan, kisah mumi yang diawetkan juga bisa ditemui di salah satu pulau di Papua. Contohnya kisah mumi leluhur Suku Dani yang diawetkan.
Cerita ini bisa ditemui di Lembah Baliem, Papua. Bila kalian menyaksikan festival perang, maka biasanya tour guide juga menawarkan wisata ke Kampung Wogi untuk melihat para mumi yang diawetkan tersebut. Hal itulah
Tidak hanya Suku Dani saja, tetapi suku-suku lain seperti Yali, Moni, dan Mee juga memiliki tradisi ini. Bahkan menurut akun resmi Kemenparekraf, diperkirakan ada lebih banyak mumi yang disimpan oleh suku-suku di hutan yang dirahasiakan.
Tradisi ini berlaku untuk leluhur yang pernah menjadi kepala suku, panglima perang, atau toko adat terhormat yang telah meninggal. Para mumi ini dijaga oleh satu keluarga pilihan yang merupakan garis keturunan mereka.
Baca Juga: 4 Hal Unik yang Ditemui Saat Wisata ke Pulau Onrust, Lokasi Persembunyian Emas VOC
Sejauh ini, dikenal dua proses pembuatan mumi yaitu dengan pengasapan dan penyimpanan. Mumi pertama-tama dilumuri lemak dari hewan dan diasapi sekitar 200 hari (atau menggunakan penghitungan tradisional yaitu sejak anak hewan tersebut lahir hingga tumbuh taring).
Cara lainnya adalah menyimpan mumi di atas pohon selama setahun, dan membiarkan cuaca dingin memproses mumifikasi secara tradisional. Setelah setahun, mumi akan disimpan di dalam gua.
Selain di dalam gua, biasanya mumi disimpan di rumah honai khusus yang harus kering dan bebas dari gangguan tikus, serangga, atau binatang lainnya. Hal ini menjadi tanggung jawab turun-temurun untuk keluarga terpilih sejak pertama kali tokoh adat tersebut meninggal.