Ternyata varian Delta yang sangat cepat menular juga mengancam model hidup berdampingan dengan COVID-19 yang dicetuskan oleh Singapura. Bahkan, pihak otoritas lokal akan sangatlah mungkin menerapkan pembatasan lagi jika wabah tidak dapat diatasi.
Melansir CNN, jumlah infeksi dari COVID-19 baru di Singapura pun berlipat ganda dalam seminggu terakhir. Menurut, Kementerian Kesehatan Singapura, terdapat lebih dari 1.200 kasus yang terjadi pada 5 September lalu.
Hingga sekarang, Singapura mencatat total 79.899 infeksi COVID-19 dan 65 kematian, menurut Universitas Johns Hopkins. Pada tanggal 21 September, angka kasus harian pun mencetak rekor sebanyak 2.095 kasus.
Kepala gugus tugas COVID-19 di Singapura, Lawrence Wong pada hari Senin telah mengatakan bukan hanya jumlah total kasus harian yang menjadi perhatian pemerintah Singapura, tetapi juga dengan tingkat penyebaran dari virus itu sendiri. Melihat hal itu, dia memberi komentarnya.
"Kita tahu dari pengalaman negara lain bahwa ketika kasus meningkat begitu tajam akan ada lebih banyak kasus yang harus ditangani ICU dan lebih banyak orang yang meninggal karena virus ini," ungkapnya.
Singapura sendiri telah menerapkan kebijakan "COVID Zero" yang agresif selama pandemi. Di mana, mereka berlakukan pembatasan ketat, termasuk dengan menutup restoran, perbatasan, hingga menegakkan peraturan jarak sosial.
Namun pada Juni, pemerintah pun mengumumkan rencana untuk bergerak menuju hidup untuk berdampingan dengan COVID-19. Pemerintah pun berusaha untuk mengendalikan wabah dengan vaksin dan memantau rawat inap dibandingkan untuk membatasi kehidupan warga.
"Kabar buruknya adalah bahwa Covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kabar baiknya adalah mungkin untuk hidup normal dengannya di tengah-tengah kita," jelasnya.
