3 Penyebab Aplikasi Karya Anak Bangsa Sulit Geser Facebook, WhatsApp hingga Instagram

- Jumat, 7 Agustus 2020 | 14:53 WIB
Ilustrasi chatting. (freepik/rawpixel)
Ilustrasi chatting. (freepik/rawpixel)

Saat ini, penggunaan aplikasi percakapan (chat) sudah tak bisa terelakkan. Banyak orang, bahkan perusahaan, kini menggunakan aplikasi chat untuk meningkatkan komunikasi instan jarak jauh.

Developer lokal pun berlomba-lomba membuat aplikasi chat seperti Indochat, ChatAja, Chatfiz Messenger hingga Indonesia Messenger. Namun demikian, kesuksesannya masih terasa sulit untuk menandingi aplikasi-aplikasi chat yang sudah ada seperti WhatsApp, hingga Facebook Messenger di buat oleh developer asing. 

Ahli Teknologi Informasi (IT), Abimanyu Wachjoewidajat mengatakan, setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan aplikasi digital, terutama aplikasi chatting buatan anak negeri kalah bersaing dengan aplikasi serupa yang sudah ada, buatan developer ternama di dunia. 

Tiga hal yang dimaksud Abimanyu yakni tentang data maintenance, kelebihan dari aplikasi tersebut serta faktor keamanan dari penggunaan aplikasi itu sendiri. 

"Yang namanya messaging itu harus dipikirkan juga bagaimana data maintenance-nya, user maintenance nya, kemudian fitur-fitur ads-on misalnya apakah dia bisa berinteraksi dengan aplikasi-aplikasi lain, apakah dia bisa ditambahkan dengan berbagai fitur-fitur. Kemudian untuk chatting nya sendiri ada fasilitas apa saja. Kalau hanya saja menggantikan atau menyamai yang sudah ada, maka apa yang bisa menarik bagi orang, susah orang untuk beralih," ujar Abimanyu kepada Indozone, saat dihubungi pada Rabu (6/8/2020) kemarin. 

Faktor kedua yang juga mempengaruhi sebuah aplikasi digital buatan anak negeri untuk bisa bersaing dengan aplikasi yang sudah ada, yakni terkait fasilitas apa saja yang terdapat dalam aplikasi tersebut, termasuk juga kecepatan akses dari aplikasi tersebut.

"Walaupun misalnya ada kelebihannya, kelebihan tersebut kira-kira apa nih? Apakah akan diminati para pengguna, sebagai sesuatu yang memang mereka harapkan, ataukah sekedar tambahan fitur tapi yang tidak benar-benar krusial dibutuhkan sama user. Itu suatu tantangan," jelasnya.

-
Ilustrasi chatting. (freepik)

 

Kemudian masih terkait dengan kecepatan akses dari aplikasi tersebut, Abimanyu mengatakan bahwa hal itu sangat berhubungan dengan server yang dimiliki oleh developer dari aplikasi tersebut. 

"Soal kecepatan, bayangkan kalau servernya itu cuma terbatas hanya satu server. Tetapi untuk satu aplikasi ternyata penggunanya banyak, otomatis servernya akan down. Untuk mengantisipasi, berarti servernya harus diperbanyak. Back-end server kemudian front-end nya itu juga, hingga setiap beban itu tersalurkan ke beberapa," sambungnya. 

Kemudian hal yang terakhir, sebut Ambimanyu, yakni faktor keamanan yang bisa diberikan oleh developer yang membangun aplikasi tersebut terhadap para penggunanya.

"Soal security, kita bicara soal enkripsi, apakah aplikasi komunikasi yang ditawarkan sudah bisa terenkripsi? Apakah proteksinya betul-betul bisa dilindungi? Gimana cara melindunginya? Kenapa ini saya angkat isu ini, karena ini hal yang penting. Orang sangat aware seberapa cukup program tersebut bisa melindungi yang chatting. Kebayang nanti kalau bocor, dia lagi ngomongin apa soal politik soal segala, malah langsung bisa dibocorkan," paparnya.

Diluar ketiga hal itu, sambung Abimanyu, masih ada hal lain yang juga tak kalah penting, yakni faktor demand atau permintaan. Para developer lokal, kata dia, harus bisa menciptakan demand dari aplikasi tersebut. Ia menyebut banyak hal yang bisa dilakukan, salah satunya yakni dengan mengemas aplikasi semenarik mungkin, sehingga mampu menggugah semangat pengguna untuk bergeser dari aplikasi lain.

"Untuk membuat ini dan mengajak orang pindah, itu benar-benar perlu penggalangan yang cukup masif dan paling tidak dicarikan influencer-influencer yang cukup mumpuni, mampu untuk sharing dan kemudian pindah. Kalau cuma sekedar 1-2 orang yang pindah dan mengajak yang lain, itu bergesernya lama. Tapi kalau publik figur di Indonesia itu biasanya pergerakannya cepat. Kalau seorang publik figur bisa cepat membuat orang berpindah," pungkasnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X