Sering Salah Paham, Ini Bedanya Antara Peretasan & Social Engineering

- Jumat, 24 Januari 2020 | 09:54 WIB
Ilustrasi tindakan rekayasa sosial (photo/Unsplash/Austin Distel)
Ilustrasi tindakan rekayasa sosial (photo/Unsplash/Austin Distel)

Saat ini penipuan berbasis teknologi sudah sangat sering terjadi pada masyarakat terutama kaum milenial. Contohnya saja kasus penipuan oknum Gojek terhadap Maia Estianty yang sukses menguras saldo dompet digital miliknya.

Namun banyak orang yang menganggap bahwa kasus tersebut merupakan sebuah tindakan peretasan. Padahal sebenarnya anggapan tersebut adalah salah dan tidak bisa digolongkan sebagai peretasan.

Justru kasus penipuan seperti itu lebih cocok disebut sebagai tindakan social engineering atau rekayasa sosial. Nah, social engineering sendiri juga sangat jauh berbeda pengertiannya dengan peretasan.

-
Social Engineering (Ilustrasi/Hacker Noon)

Social Engineering sendiri adalah sebuah metode penipuan yang memanfaatkan psikologis seseorang sehingga korban dapat membeberkan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku untuk melancarkan aksi penipuannya.

Pada umumnya, social engineering dilakukan dengan memanfaatkan layanan telepon atau internet. Selain itu untuk melakukan social engineering juga tidak perlu memiliki keahlian seperti programming dan juga peretasan.

Sementara peretasan sendiri adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengambil informasi korban dengan cara merusak sistem (meretas) perangkat korban dengan menggunakan tools. Peretasan ini biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan di bidang programming.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X