Markis Kido Meninggal karena Serangan Jantung, Dokter Tirta Beri Edukasi Kesehatan

- Selasa, 15 Juni 2021 | 09:04 WIB
Potret mendiang Markis Kido (kiri), Dokter Tirta (kanan). (photo/Instagram/@dr.tirta)
Potret mendiang Markis Kido (kiri), Dokter Tirta (kanan). (photo/Instagram/@dr.tirta)

Dunia bulu tangkis Tanah Air tengah berduka atas kepergian legenda Markis Kido yang meninggal dunia di usia 36 tahun saat sedang bermain bulu tangkis di Tangerang, Senin (14/6/2021).

Dihimpun dari berbagai sumber, mantan pebulu tangkis nasional dan peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 itu dikabarkan terkena serangan jantung hingga mendadak jatuh dan tidak sadarkan diri saat akan berganti tempat di tengah set permainan.

Kemudian, Kido dilarikan ke RS Omni Alam Sutera untuk mendapat penanganan medis namun nyawanya tidak tertolong.

Dokter sekaligus influencer dr.Tirta turut berduka cita atas kepergian mantan pasangan ganda putra Hendra Setiawan itu.

Melalui akun Instagram dr.Tirta, Senin (14/6/2021), dia mengunggah foto mendiang Markis Kido disertai ucapan belasungkawa dan menjelaskan soal serangan jantung.

"Rest in peace Markis Kido, mari kita doakan bersama, agar amal dan ibadah beliau diterima Tuhan yg Maha Esa. Duka yang sangat mendalam bagi negara kita," tulisnya dalam keterangan foto.

Selanjutnya, dokter Tirta menjelaskan bahwa kondisi yang menimpa Kido adalah henti jantung (cardiac arrest), mirip seperti yang dialami pesepak bola Denmark, Christian Eriksen di pertandingan EURO 2020 negaranya kontra Finlandia, Minggu (13/4/2021).

"Serangan jantung dadakan ini biasanya disebabkan gangguan elektrik jantung, atau bisa juga sumbatan pada beberapa pembuluh dalah besar. Sering terjadi di atlit karena ada penebalan dinding jantung untuk kompensasi kegiatan. Itulah sebabnya pad atlit rutin dicek EKG agar diketahui perkembangan jantungnya," jelasnya.

Disebutkan pula bahwa gejala utamanya seperti kehilangan kesadaran, tidak bisa bernafas, dan nyeri dada tiba-tiba di mana biasanya terjadi setelah melakukan aktivitas yg sangat berat.

"Golden time penanganan 10 menit harus dilakukan RJP (CPR) kalo perlu AED dan dibawa ke IGD agar ditangani dokter spJP."

Sementara itu untuk solusinya, dokter Tirta menyebutkan ada 3 poin.

Pertama, pelatihan RJP (resusitasi jantung paru) sejak dini untuk dapat melakukan penanganan yang benar.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X