Bek Bayern Munich, David Alaba buka suara perihal alasan dia bergegas menghibur dan memeluk Neymar usai final Liga Champions.
Ketika rekan-rekan setimnya berlari merayakan kemenangan, Alaba justru menghampiri lawannya yang dikalahkan dengan skor 1-0.
Neymar memiliki peluang mencetak gol untuk PSG tapi berhasil digagalkan lebih dari sekali oleh Manuel Neuer.
Alhasil hingga peluit panjang dibunyikan, Neymar tidak berhasil menyarangkan gol dan PSG harus pulang tanpa trofi.
Kekecewaan dan kesedihan jelas tergambar di wajah Neymar saat itu. Bahkan tak ayal tangisnya pecah di pelukan sang rival, David Alaba.
Alaba pun dipuji karena sportivitasnya itu. Pemain asal Austria itu mengatakan dia bisa merasakan beban yang dipikul Neymar sebagai salah satu pemain bintang timnya.
“Ternyata seperti itu. Dia pemain yang memiliki banyak tekanan di pundaknya, yang membawa beban besar, yang memikul seluruh klub, "kata Alaba di FC Bayern Podcast.
Berbanding terbalik dengan Neymar, Alaba dan Bayern berhasil meraih treble musim ini.
Mereka berhasil merengkuh trofi Bundesliga, DFB-Pokal dan Liga Champions.
Alaba mengatakan perasaan menyelesaikan treble adalah sesuatu yang tidak dapat dijelaskan.
"Kami sangat senang dan bersyukur bisa merayakan kemenangan ini,” tuturnya.
Sementara itu, manajer PSG, Thomas Tuchel mengakui timnya terlalu bergantung pada orang-orang kunci seperti Neymar dan Mbappe.
"Kami kekurangan efisiensi," kata Tuchel kepada RMC Sport setelah pertandingan.
"Kami ingin Kylian dan Neymar mencetak gol sepanjang waktu. Pasti sulit bagi Mbappe yang baru sembuh dari cedera. Tapi saya juga bangga pada Ney yang luar biasa," pungkasnya.
