Terjadi Gempa Beruntun, Ini Penjelasan BMKG

- Rabu, 8 Juli 2020 | 14:08 WIB
Ilustrasi gempa bumi. (Freepik)
Ilustrasi gempa bumi. (Freepik)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gempa yang terjadi secara beruntun pada Selasa kemarin (7/7/2020), tidak memiliki kaitan dengan gempa yang terjadi sebelumnya.

"Baik Gempa Laut Jawa di utara Jepara berkekuatan M 6.1 yang terjadi pagi pukul 05.54.44 WIB, Gempa Selatan Banten M 5.1 pukul 11.44.14 WIB, Gempa Selatan Garut M 5.0 pukul 12.17.51 WIB, dan Gempa Selatan Selat Sunda M 5.2 pada 13.16.22 WIB, berada pada sumber gempa yang berbeda, kedalaman yang berbeda, dan juga berbeda mekanismenya," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono dalam penjelasannya di Jakarta, Rabu (8/7/2020).

Rahmat menjelaskan, apa yang terjadi di beberapa wilayah gempa tersebut adalah manifestasi pelepasan medan tegangan pada sumber gempa masing-masing. Masing-masing sumber gempa mengalami akumulasi medan tegangan sendiri-sendiri, mencapai stres maksimum sendiri-sendiri, hingga selanjutnya mengalami rilis energi sebagai gempa juga sendiri-sendiri.

"Ini konsekuensi logis daerah dengan sumber gempa sangat aktif dan kompleks. Kita memang memiliki banyak sumber gempa sehingga jika terjadi gempa di tempat yang relatif berdekatan lokasinya dan terjadi dalam waktunya yang relatif berdekatan maka itu hanya kebetulan saja," ujarnya.

Dia mengungkapkan, apakah rentetan gempa ini sebagai pertanda akan terjadi gempa besar nantinya sangat sulit diprediksi, tetapi dengan adanya rentetan aktivitas gempa ini tentu patut diwaspadai. Karena dalam ilmu gempa atau seismologi, sambungnya, khususnya pada teori tipe gempa itu ada tipe gempa besar yang kejadiannya diawali dengan gempa pendahuluan atau gempa pembuka.

"Setiap gempa besar hampir dipastikan didahului dengan rentetan aktivitas gempa pembuka. Tetapi rentetan gempa yang terjadi di suatu wilayah juga belum tentu berakhir dengan munculnya gempa besar," paparnya.

"Inilah karakteristik ilmu gempa yang memiliki ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi yang penting juga untuk kita pahami," tegasnya.

Ia melanjutkan, memang banyak pertanyaan masyarakat apakah gempa yang terjadi di Banten Selatan dan Selatan Garut bersumber dari sumber gempa yang sama. Namun, kedua gempa tersebut bersumber dari sumber gempa yang berbeda.

Adapun gempa Banten selatan terjadi akibat adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Benioff di kedalaman 87 kilometer, sementara Gempa Selatan Garut dan Selatan Selat Sunda dipicu oleh adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Megathrust.

"Guncangan gempa M 5,1 yang bersumber di Lebak sangat dirasakan di Jakarta karena adanya fenomena efek tapak (local site effect) di mana efek soft sedimen/tanah lunak yang tebal di Kota Jakarta memicu terjadinya resonansi gelombang gempa, sehingga guncangan gempa diamplifikasi diperbesar guncangannya. Sehingga wilayah Jakarta sangat merasakan gempa tersebut," lanjut dia.

Dikatakannya, dalam teori gempa disebutkan bahwa dampak gempa tidak saja akibat magnitudo gempa dan jaraknya dari sumber gempa, tetapi kondisi geologi setempat sangat menentukan dampak gempa.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X