Ilmuwan: Virus Corona Tak Seseram yang Dibayangkan Orang

- Jumat, 10 April 2020 | 11:20 WIB
Ilustrasi virus corona. (Unsplash/@fusion_medical_animation)
Ilustrasi virus corona. (Unsplash/@fusion_medical_animation)

Hingga saat ini, masyarakat di berbagai masih mengisolasi diri untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19). Semua orang panik dan ketakutan karena wabah asal Wuhan ini.

Pandemi ini juga telah membuat perekonomian di dunia lumpuh. Di Indonesia sendiri korban PHK sudah tembus 1,2 juta pekerja. Situasi di sejumlah negara saat ini juga cukup menggentingkan.

Namun, baru-baru ini ada sekelompok ilmuwan yang mengungkapkan bahwa COVID-19 dari sisi medis sebenarnya tidak seseram yang dibayangkan orang.

-
Migran yang diselamatkan di tengah penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19) di Senglea. (REUTERS/REUTERS/Darrin Zammit Lupi)

Hal ini diungkapkan oleh 7 ilmuwan dari universitas, rumah sakit, dan lembaga kesehatan di Marseilles, Prancis.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh para peneliti tersebut, mereka membandingkan tingkat kematian 4 macam coronavirus yaitu HKU1, NL63, OC43 dan E229 dengan COVID-19 di Prancis dan sejumlah negara lainnya, yang termasuk anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Tak hanya itu saja, mereka juga turut membandingkan tingkat kematian akibat wabah MERS dan SARS.

Hasilnya, penelitian mereka bertajuk 'SARS-CoV-2: Fear Versus Data diterbitkan International Journal of Antimicrobial Agents mengungkapkan bahwa mortality rate di dunia akibat COVID-19 adalah 3,4%. Data ini terhitung per tanggal 2 Maret 2020.

Sementara itu, tingkat kematian di negara-negara OECD yaitu 1,3%, Perancis 1,6% dan tingkat kematian selain COVID-19 di Prancis yaitu 0,8%.

Kematian akibat TBC diungkapkan oleh para ilmuwan mencapai 2,6 juta kasus per tahun. Sementara itu, kematian akibat COVID-19 hingga saat ini mencapai 88.550 kasus.

Dari jumlah tersebut, tim ilmuwan menyimpulkan bahwa tingkat kematian akibat COVID-19 masih lebih rendah dari total kematian penyakit TBC dan juga kasus infeksi pernapasan.

Ilmuwan tersebut menilai bahwa cara meresepon pandemi tersebut terlalu berlebihan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X