Kembali Belajar Online, Ini 3 Hal yang Harus Diperhatikan agar Efektif

- Selasa, 14 Juli 2020 | 16:40 WIB
 Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) belajar melalui siaran televisi TVRI di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (16/4/2020). (INDOZONE/Febio Hernanto)
Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) belajar melalui siaran televisi TVRI di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (16/4/2020). (INDOZONE/Febio Hernanto)

Tahun ajaran baru 2020/2021 telah dimulai. Banyak sekolah yang kembali menerapkan pembelajaran online karena pandemi Covid-19 masih berlangsung. Kendati demikian, sistem pembelajaran online masih menjadi kontroversi.

Ada pihak yang merasa belajar tatap muka lebih nyaman dibandingkan pembelajaran online. Tapi di sisi lain ada pula pihak yang menilai pembelajaran online lebih aman di tengah situasi pandemi seperti sekarang.

Menurut pengamat sekaligus praktisi pendidikan Indra Charismiadji, di era digital sebenarnya pembelajaran online bukanlah hal yang aneh. Banyak negara lain yang sudah lebih dulu menerapkan sistem pembelajaran online dari jenjang taman bermain hingga perguruan tinggi.

Bahkan kualitas satuan pendidikan yang menyelenggarakan pembelajaran online tidak kalah saing. Namun fokus utama dari pembelajaran online bukan semata memindahkan fasilitas dari sekolah ke rumah.

“Apa yang terjadi di Indonesia kita belum siap bahkan di mindset masyarakat banyak yang memaksakan karena merasa tatap muka lebih nyaman. Ini tantangannya, sistem pendidikan kita tidak siap menghadapi tantangan abad 21. Padahal program presiden pembangunan SDM unggul di era digital,” kata Indra kepada Indozone saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (14/7/2020).

Indra menambahkan, bila di negara lain sudah menggunakan sistem pembelajaran online dengan baik, maka hal yang sama juga harus dilakukan di Tanah Air.

Langkahnya adalah membuat pembelajaran online menjadi lebih efektif. Indra menyebutkan, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam sistem pembelajaran online yakni infrastruktur, infostruktur, dan infokultur.

Infrastruktur berbicara tentang ketersediaan jaringan, akses internet, dan alat yang digunakan untuk belajar online. Jika pada saat belajar online mulai ditetapkan Maret lalu masih banyak siswa yang memiliki keterbasan infrastruktur, maka bulan Juli ini seharusnya sudah lebih baik.

-
Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) belajar melalui siaran televisi TVRI di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (16/4/2020). (INDOZONE/Febio Hernanto)

 

“Kalau masih sama berarti belum ada perubahan,” kata Indra.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah infostruktur yakni pemberian informasi atau pembelajaran kepada siswa dengan baik. Sebaiknya dalam pembelajaran online, guru dan siswa menggunakan aplikasi yang bisa menunjang pendidikan.

“Itu harus dilihat, jangan-jangan belum terstruktur. Belajar hanya pakai WhatsApp atau video call, itu tidak terstruktur,” ujar Indra.

Hal itu berkaitan dengan infokultur. Dalam pembelajaran online mengenal yang namanya asynchronous learning atau dengan kata lain siswa tidak harus selalu bersama-sama mendapatkan materi di waktu yang sama. Kultur pendidikan online dikatakan oleh Indra, siswa bisa mengatur sendiri kecepatan penerimaan pembelajaran dari guru.

“Membangun SDM ini beda dengan aplikasi, enggak bisa cuma dikasih perintah lalu jalan. Tapi harus ada sentuhan stimulasi, bagaimana manusia mau berubah. Hal ini belum terjadi, kita enggak melihat pelatihan guru yang masif, pendampingan orangtua, itu seharusnya menjadi gerakan bersama untuk membuat pembelajaran online menjadi efektif,” pungkas Indra.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X