Rinaldy Yunardi, Desainer Aksesori Tanah Air yang Sukses Mendunia

- Senin, 2 September 2019 | 15:07 WIB
 photo/Instagram/@rinaldyyuniardi/ANTARA/Lia Wanadriani Santosa
photo/Instagram/@rinaldyyuniardi/ANTARA/Lia Wanadriani Santosa

Desainer aksesori Rinaldy Yunardi merupakan salah satu anak bangsa yang sukses di jalur fesyen dunia. Deretan karya seninya di bidang aksesori fesyen mulai dari tiara di ujung kepala hingga sepatu sebagai alas kaki, telah dipakai sejumlah artis ternama, dari Asia hingga Hollywood.

Penyanyi Syahrini, Melly Goeslaw, Katy Perry, Lady Gaga, Nicki Minaj, bintang dunia Aaron Kwok, hingga Madonna adalah sebagian selebritas yang dimaksud. Dua nama terakhir terasa lebih spesial bagi Rinaldy, karena mereka adalah idolanya selama ini.

Beragam penghargaan juga sudah diraihnya. Salah satu yang prestius adalah World Of WearableArt (WOW) pada tahun 2017 dengan menyabet tiga piala sekaligus dalam perhelatan itu.

-
photo/Instagram/@rinaldyyuniardi

Masyarakat dunia pun mengakui karya pria yang sudah 23 tahun berkecimpung dalam fesyen itu. Di sisi lain, Rinaldy mengaku tak pernah bermimpi bisa mencetak pencapaian ini. "Saya tidak pernah pernah memimpikan mendapatkan apresiasi seperti ini. Saya juga tidak pernah bercita-cita menjadi seorang desainer. Tetapi, ini nyata. Saya bersyukur," katanya di Jakarta, seperti dikutip Antara.

Dunia aksesori dan fesyen juga tak sengaja dia geluti. Dia mengaku awalnya hanya iseng, namun perlahan cinta itu tumbuh dan kini dia menganggap semua karya bak buah hatinya. "Sadar dengan sendirinya, lama-lama tertarik, mencintai lalu terus semakin mencintai semakin berkembang. Pada akhirnya membuat 'happy'. Inilah hidup saya, karya-karya saya adalah anak-anak saya," tuturnya.

Rinaldy tak pernah menempuh pendidikan khusus untuk bidang itu. Dia selama ini hanya belajar dari buku-buku dan orang-orang yang berkecimpung di dalam dunia fesyen. Dia berjuang dari nol. Eksperimen demi eksperimen, ditambah rasa penasaran dan tanggap pada sekitar menjadi modalnya hingga kini. Dia juga beruntung memiliki teman-teman dan keluarga yang mendukungnya, termasuk perkara marketing.

-
photo/Instagram/@rinaldyyunardi

Biasanya, dia bekerja malam hari karena suasananya relatif lebih tenang. Lembaran-lembaran kertas dan pensil menjadi dua alat yang amat dia butuhkan saat itu. "Di manapun saya sediakan diri untuk berkarya. Saya tidak menunda. Buat saya yang penting konsentrasi. Musik pelan saja untuk nemenin. Yang perlu kertas dan pensil," tutur dia.

Tiara Akrilik, Cibiran, dan Disontek

Karya seni pertama Rinaldy berupa tiara terbuat dari potongan-potongan akrilik, ditambah payet, sedikit kristal dan disambung menggunakan kawat dan lem. Ukurannya sedang namun ringan. "Saya tahu itu jam 12 siang. Saya kotak-katik akrilik, saya potong menggunakan wire cut manual. Kok bisa berbentuk kayak Victorian. Saya enggak ngerti kenapa waktu itu menggunakan akrilik," kata dia sambil mengingat proses itu.

Merasa percaya diri dengan karya itu, dia lalu mencoba menawarkan pada berbagai orang. Waktu itu dia menumpang jasa ojek. Selang beberapa waktu, tiara akrilik jadi populer di pasaran.

-
ANTARA/Lia Wanadriani Santosa

Sebenarnya, Rinaldy kali pertama tahu tentang tiara saat bekerja bersama perancang Kim Tong tahun 1993. Dia mendapat tugas menjual tiara milik rekannya itu. "Itu kali pertama saya mengenal tiara. Tetapi, belum ada ketertarikan. Tugas saya jualan. Usia saat itu sekitar 23 tahunan, hanya enam bulan bertahan di sana," kata bungsu dari tiga bersaudara itu.

Tiara akrilik laku di pasaran dan perlahan membuat Rinaldy semakin percaya diri membuka usaha di bidang aksesori pernikahan termasuk jasa penyewaan tiara. Meski terkadang, ada saja pengalaman buruk yang mampir, ditipu hingga dicibir orang lain. Salah satu konsumen pernah kabur tanpa membayar biaya sewa tiara. Waktu itu, sekitar tahun 1990-an, dia menelan rugi sekitar Rp 3 juta.

Rinaldy juga pernah dicibir rekan sesama perancang yang sudah lebih dulu terjun ke dunia aksesori. "Dihina saingan. Dibilang menyontek karya dia. Saya kan dari akrilik, 3,4 cm. Kalau dia kan bisa 7,8 cm. Bahannya beda. Karya saya dilempar ke lantai, hancur. Aduh nangis deh," tutur Rinaldy.

-
ANTARA/Lia Wanadriani Santosa

Belum lagi masalah penjiplakan. Rinaldy sebenarnya tahu ulah sesama perancang yang meniru karyanya. Walau tidak tegas melarang, dia berharap para peniru bisa menciptakan karya sendiri. "Saya tidak bisa melarang, silahkan. Tapi setelah itu, jadilah diri sendiri, memperkaya fesyen Indonesia dengan jati diri masing-masing," kata dia.

Museum Fesyen

Sebagai penggiat seni, dia menilai sejarah adalah hal penting. Pada dunia aksesori pernikahan, misalnya, berbagai daerah memiliki kekhasan yang perlu masyarakat luas tahu.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X