Partai Politik Dirasa Janggal Jika Tak Mengusung Ketua Umumnya sebagai Capres

- Sabtu, 25 Juni 2022 | 18:03 WIB
Ilustrasi Pemilu. (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo)
Ilustrasi Pemilu. (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo)

Pengamat politik Adi Prayitno menilai seharusnya ketua umum partai politik tidak takut untuk maju menjadi calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) pada Pilpres 2024. Ia merasa aneh jika partai tidak bisa mengusung ketua umumnya menjadi Capres dan Cawapres.

“Saya termasuk orang yang agak strict bicara peran partai. Agak aneh kalau partai itu tidak bisa mengusung Ketua Umum mereka sebagai Capres dan Cawapres. Untuk apa berpartai kalau pada akhirnya partai itu hanya sebatas kendaraan bagi orang lain, outsider, tidak terafiliasi dengan partai kemudian semacam penumpang dan dia bisa jadi presiden. Lucu bagi saya,” ujar Adi, Sabtu (25/6/2022).

Dia mengaku dalam berbagai kesempatan ia mendorong agar ketua-ketua partai untuk berani maju menjadi Capres dan Cawapres. Apakah itu Ketum Parpol dari Koalisi Indonesia Baru (KIB), ataupun yang belum berkoalisi

“Makanya saya selalu mengatakan di berbagai kesempatan, apapun judulnya Airlangga harga mati harus maju. Apapun judulnya pak Suharso harus diusung menjadi kandidat Capres di KIB, termasuk Zulhas dari PAN. Persoalan nanti siapa yang akan endingnya diputuskan maju, itu lain hal yang penting jadikan dulu barang,” tigur.

Terkait masih rendahnya elektabilitas ketua-ketua partai ini di berbagai survei, ia menyebut tidak perlu menjadi kekhawatiran. Sebab menurutnya, jika perolehan suara-suara partai dikonversi menjadi suara kandidat Capres maka potensi dan peluang untuk menang terbuka lebar.

Baca Juga: AHY dan Prabowo Akan Bertemu, Demokrat: Hanya Silahturahmi, Sudah Lama Direncanakan

“Karena kalau dilihat dari kalkulasi politiknya, Golkar ini kan 12,8 persen. Kalau suara Pak Airlangga yang dinilai tidak terlampau signifikan di survei dikonversi menjadi suara Golkar kan luar biasa tuh. Suara Golkar yang 12,8 persen menjadi suaranya Airlangga saat ini Airlangga mendapat 12 persen mestinya,” kata Adi.  

“Kalau suaranya Pak Suharso yang dinilai juga gak signifikan di survei saat ini, kalau kemudian suara PPP 4,8 persen dikonversi menjadi suaranya Pak Suharso kan dapat 4,8 persen. Ditambah suara PAN yang 6,43 persen, kan itu luar biasa. Kalau ditotal antara jumlah suara perolehan Pileg 2019 lalu yang tergabung dalam KIB itu kan plus minus 24 sekian persen,” tambahnya.

Adi menjelaskan, jika melihat kekuatan politik parlemen saat ini maka sangat mungkin akan terbentuk empat poros dalam Pilpres 2024. Pertama poros KIB, kedua poros Nasdem-PKS-Demokrat, ketiga poros Gerindra-PKB, kemudian PDIP yang sudah bisa menjadi poros sendiri.

“Artinya kalau ada 4 kandidat di Pilpres 2024, dengan modal 24 persen gabungan tiga partai dikonversi menjadi calon yang akan diusung KIB, saya kira KIB ini tentu sangat compatible. KIB sangat layak dipertaruhkan dalam konteks itu. Tinggal bagaimana menjaga stamina politik,” tandasnya.

Seperti diketahui, Partai Golkar bersama PAN dan PPP telah membentuk Koalisi Indonesia Bersatu yang sudah mengantungi tiket untuk mengusung Capres dan Cawapres pada Pilpres 2024. KIB pun akan mengusung Capres dari internal tiga partai yang tergabung dalam koalisi pada Pilpres 2024.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X