Rupiah Melemah di Perdagangan Terakhir Pekan Ini, Terpengaruh Ancaman Resesi AS

- Kamis, 30 Juli 2020 | 20:07 WIB
Ilustrasi uang dolar dan rupiah. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Ilustrasi uang dolar dan rupiah. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan terakhir pekan ini, Kamis, (30/7/2020), dengan sentimen kecemasan pelaku pasar akan potensi AS mengalami resesi.

Rupiah di pasar spot pada perdagangan hari ini ditutup pada level Rp14.600 per dolar Amerika Serikat, melemah 0,39% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp14.543 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa pelaku pasar kini sedikit berhati-hari berinvestasi ke negara emerging market menjelang rilis data produk domestik bruto (PDB) AS. 

"Kemungkinan besar resesi akan dialami oleh AS sehingga mempengaruhi fluktuasi mata uang di pasar," kata Ibrahim dalam keterangannya Kamis Sore, (30/7/2020). 

Pada kuartal I-2020, perekonomian AS mengalami kontraksi 5%. Sementara pada kuartal II 2020, hasil polling Forex Factory menunjukkan PDB AS diprediksi berkontraksi 34,5%. 

"Jadi benar benar nyungsep. Sehingga hanya keajaiban yang luar biasa yang bisa membuat AS lepas dari resesi di kuartal II-2020 ini. Data PDB AS akan dirilis malam ini pukul 19:30 WIB," ujar Ibrahim.

Selain itu, pelaku pasar masih terus mengamati pertengkaran politik antara Republik dan Demokrat di Kongres menyangkut stimulus paket penyelamatan fiskal AS yang di sodorkan oleh pemerintah AS. Stimulus masih mengalami hambatan karena beda pendapat terus terjadi diantara kedua partai tersebut.

Paket fiskal AS yang besar ini tengah menemui jalan buntu dalam negosiasi antara Demokrat yang mengajukan mengajukan proposal US$3 triliun, dengan Partai Republik yang telah mengajukan proposal US$1 triliun yang lebih sederhana. Rencana Republik saat ini adalah mengurangi tunjangan pengangguran yang semula rencananya adalah US$600 per minggu, menjadi US$200 per minggu.

"Padahal saat ini sekitar 30 juta orang Amerika telah kehilangan pekerjaan," jelasnya. 

Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar tengah menantikan pengumuman dari Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan mengenai Masa PSPB yang akan berakhir pada tanggal 31 Juli 2020. Namun kalau melihat perkembangan sampai saat ini, masyarakat yang terkena pandemi virus corona di DKI Jakarta terus mengalami lonjakan, maka Gubernur DKI Jakarta kemungkinan akan kembali menerapkan masa transisi kembali yang akan diberlakukan untuk 2 minggu ke depan.

"Penerapan ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta yang merupakan barometer ekonomi Indonesia. Sangat wajar kalau arus modal asing kembali keluar pasar walaupun di hari-hari sebelumnya mata uang rupiah begitu digdaya terhadap mata uang lainnya," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X