Negara Maju Terjerat Krisis, Jokowi Ingin RI Manfaatkan Peluang untuk 'Tancap Gas'

- Jumat, 14 Agustus 2020 | 11:53 WIB
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam rangka penyampaian laporan kinerja lembaga-lembaga negara dan pidato dalam rangka HUT ke-75 Kemerdekaan RI. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam rangka penyampaian laporan kinerja lembaga-lembaga negara dan pidato dalam rangka HUT ke-75 Kemerdekaan RI. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato kenegaraan pembukaan Sidang Tahunan MPR 2020 hari ini menyampaikan bahwa sebanyak 215 negara di dunia, tanpa terkecuali mengalami masalah yang sama dengan Indonesia, yakni kemunduran perekonomian akibat wabah virus corona atau Covid-19.

Meski Indonesia sendiri juga mengalami perlambatan ekonomi hingga minus 5,32%, namun Jokowi menyebut kontraksi ekonomi yang terjadi di Indonesia tak separah yang dialami negara lain, bahkan negara maju sekalipun. Maka itu, ia bertekad agar hal ini bisa dijadikan momentum Indonesia untuk bangkit, serta memanfaatkan peluang yang ada untuk recovery, dan mendorong perekonomian segera pulih.

"Ekonomi negara-negara maju bahkan minus belasan persen, sampai minus 17%. Kemunduran banyak negara besar ini bisa menjadi peluang dan momentum bagi kita untuk mengejar ketertinggalan. Ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet, sedang hang. Semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan re-start, harus melakukan re-booting. Semua negara mempunyai kesempatan men-setting ulang semua sistemnya," ujar Jokowi di Jakarta, Jumat (14/8/2020).

Jokowi mengatakan, meski pada kuartal kedua tahun ini PDB mengalami kontraksi 5,32%, namun Indonesia masih beruntung belum masuk ke jurang resesi karena pada kuartal pertama tahun ini, PDB Indonesia masih mengalami pertumbuhan 2,97%. Hal inilah yang menurutnya harus segera diatasi, agar di kuartal ketiga nanti PDB Indonesia tak lagi minus, dan Indonesia terhindar dari resesi.

"Inilah saatnya kita membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar. Strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan," tuturnya.

"Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar. Pada usia ke-75 tahun ini, kita telah menjadi negara Upper Middle Income Country. 25 tahun lagi, pada usia seabad," sambungnya.

Untuk itu semua, lanjut Jokowi, pemerintah secara cepat melakukan perubahan rumusan program, menyesuaikan program kerja dengan situasi terkini, melakukan realokasi anggaran dalam waktu singkat, menerbitkan Perppu No.1 Tahun 2020, yang kemudian disetujui oleh DPR menjadi UU No.2 Tahun 2020, bersinergi dengan BI, OJK, dan LPS untuk memulihkan perekonomian. Krisis ini telah memaksa kita untuk menggeser channel cara kerja.

"Dari cara-cara normal menjadi cara-cara ekstra-normal. Dari cara-cara biasa menjadi cara-cara luar biasa. Dari prosedur panjang dan berbelit menjadi smart short cut. Dari orientasi prosedur menjadi orientasi hasil," tuturnya.

Ia pun mendorong perubahan pada pola pikir dan etos kerja. Menurutnya, fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan sangat dibutuhkan. Efisiensi, kolaborasi, dan penggunaan teknologi harus diprioritaskan. Kedisiplinan nasional dan produktivitas nasional harus ditingkatkan agar Indonesia bisa lepas dari jurang resesi.

"Kita juga harus cepat bergerak memberikan bantuan sosial bagi masyarakat melalui bantuan sembako, bansos tunai, subsidi dan diskon tarif listrik, BLT Desa, dan subsidi gaji, membantu UMKM untuk memperoleh restrukturisasi kredit, memperoleh banpres produktif berupa bantuan modal darurat, dan membantu pembelian produk-produk mereka, membantu tenaga kerja yang menjadi korban PHK, antara lain melalui bantuan sosial dan program prakerja. Sesuatu yang tidak mudah," pungkasnya.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X