Remaja Yatim Piatu Peraih 700 Penghargaan Putus Sekolah, Tak Terakomodasi Sistem PPDB

- Jumat, 10 Juli 2020 | 11:07 WIB
Aristawidya Maheswari (ANTARA/Andi Firdaus)
Aristawidya Maheswari (ANTARA/Andi Firdaus)

Aristawidya Maheswari (15), pelajar yang meraih ratusan penghargaan, akhirnya putus sekolah karena tidak terakomodasi oleh sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jakarta 2020.

"Agak sedih juga tapi karena memang tidak masuk karena nilai. Nilai aku tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah juga. Udah coba ke delapan sekolah, tapi tidak dapat juga," kata Arista, di kediamannya, Rusun Jatinegara Kaum, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (8/7/2020), dilansir dari Antara.

Arista yang meraih lebih dari 700 penghargaan seni lukis tingkat daerah dan nasional, kalah bersaing dalam perolehan pembobotan nilai. Hari Rabu kemarin adalah batas penerimaan sekolah negeri untuk memperebutkan "bangku sisa" yang berasal dari peserta PPDB tidak mendaftar ulang serta siswa tidak naik kelas.

Meski faktor usia tidak lagi dipertimbangkan dalam jalur terakhir itu, namun dia tetap saja kalah. Arista hanya mendapatkan total nilai 7.762,4 berdasarkan akumulasi nilai rata-rata rapor 81,71 dikalikan nilai akreditasi 9,5 poin.

"Pada jalur terakhir ini aku mencoba di SMAN 12, 21, 36, 61, 53, 59, 45 dan 102. Tapi rata-rata yang diterima nilainya 8.000-an," katanya.

Karena itu, Arista tidak akan bersekolah di tahun ini dan memilih fokus mengajar lukis di sejumlah Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Timur.

"Rasanya sedih juga, tapi senangnya, aku bisa meluangkan waktu untuk melukis, mengajar dan lebih banyak waktu berbagi di RPTRA," katanya.

Gadis yatim piatu yang mengidolakan pelukis Basuki Abdullah itu juga rutin mengajar lukis di RPTRA Cibesut, Jaka Berseri, Jaka Teratai dan Yayasan Rumah Kita.

"Kalau di RPTRA itu sifatnya sosial tidak ada biaya, kecuali yang privat panggilan ke rumah di dekat RPTRA, ada untuk uang jajan saya," katanya.

Arista mengaku sulit bersekolah di swasta karena alasan biaya. Dia kehilangan kedua orangtuanya Triyo Nuryamin dan Armeisita Nugraha Riska, sejak usia dua tahun. Kedua orangtuanya meninggal di tahun 2010 dan 2012.

Peraih 700 lebih penghargaan sejak usia TK dan SD itu gagal di jalur prestasi PPDB 2020, sebab sistem mensyaratkan penghargaan lomba diraih maksimal tiga tahun terakhir.

Artikel Menarik Lainnya:

Halaman:

Editor: Zega

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X