Bayi Divonis Reaktif COVID & Diduga Ditelantarkan di RSUD Medan, Ternyata Sakit Pencernaan

- Kamis, 10 Juni 2021 | 17:17 WIB
Bayi Khaira Hanifa Almaghfira divonis COVID dan diduga ditelantarkan RSUD Pirngadi Medan. (Dok. Rajudin Sagala)
Bayi Khaira Hanifa Almaghfira divonis COVID dan diduga ditelantarkan RSUD Pirngadi Medan. (Dok. Rajudin Sagala)

Bayi bernama Khaira Hanifa Almaghfira tidak berumur panjang. Ia hanya sempat merasakan hidup di dunia selama 22 hari.

Setelah sempat dibawa ke RSIA Stella Maris Medan dan RSUD dr Pirngadi Medan pada Selasa (8/6/2021), bayi Khaira menghembuskan napas terakhir di rumahnya pada Rabu (9/6/2021).

Bayi Khaira mengalami masalah pencernaan. Ia tidak bisa buang air besar selama beberapa hari terakhir sebelum meninggal. Karena tak buang air besar, perutnya membesar. Hal itu pun membuat orang itu cemas sehingga membawanya ke rumah sakit.

Berharap anaknya bisa disembuhkan, orang tua bayi Khaira justru mendapat kekecewaan.

Di RS Stella Maris, dokter tak mau melayani lantaran mereka hanya mampu membayar dengan BPJS. Bayi Khaira hanya sempat dites swab antigen, dan hasilnya negatif.

Mereka lantas ke RSUD Pirngadi Medan. Namun di sana, mereka juga mendapat pelayanan yang buruk sejak ketibaan mereka di rumah sakit pelat merah tersebut.

Awalnya, bayi Khaira dites antibodi dan dinyatakan reaktif COVID-19. Kemudian pada malam harinya, saat hendak dilakukan operasi, bayi Khaira kembali dites dengan metode swab antigen, dan hasilnya negatif seperti saat di RS Stella Maris.

"Tadi hasil rapidnya, gak tahu kapan ditesnya, gak tahu kapan diantibodi, dibilangnya hasilnya reaktif. Ternyata, direktur ditelepon sama bapak wakil DPR (DPRD Kota Medan) bapak Rajudin tadi, barulah anak ini di-swab antigen, dan hasilnya negatif. Sama seperti diswab di (RS) Stella Marris. Nah, mereka berarti berbohong," ujar ibu si bayi, dalam videonya yang viral.

Setelah divonis reaktif COVID, bayi tersebut malah tidak jadi dioperasi. Para petugas medis di RSUD Pirngadi sempat memberikan jawaban berkelit-kelit sebelum akhirnya mengakui bahwa batalnya operasi dilakukan karena dokter bedah tidak datang.

Oknum dokter bedah tersebut diketahui sama dengan dokter bedah yang menolak mereka di RS Stella Maris.

Wakil Ketua DPRD Medan, Rajudin Sagala membenarkan bahwa dirinya mendapat pengaduan dan dimintai bantuan oleh orang tua si bayi.

Rajudin bilang, bayi tersebut diduga ditelantarkan hingga akhirnya meninggal dunia, setelah sebelumnya sempat di-COVID-kan oleh oknum perawat di rumah sakit itu.

"Ibunya ada ngintip dari jendela, kebetulan pintunya agak renggang. Dia dengar perawat itu bilang, 'Bagaimana kalau kita covidkan?'. Ini keterlaluan," ujar Rajudin.

Mendapat aduan itu, Rajudin pun sempat menjenguk bayi tersebut pada Selasa (8/6/2021). Saat itu, ia melihat si bayi masih menangis dan bergerak.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X