Jaga Udang dari Penyakit, Ini yang Dilakukan KKP

- Rabu, 16 September 2020 | 19:07 WIB
Ilustrasi hasil budidaya udang dari tambak rakyat. (Dok. KKP News)
Ilustrasi hasil budidaya udang dari tambak rakyat. (Dok. KKP News)

Potensi perikanan Indonesia sangat tinggi. Oleh karena itu banyak negara yang menjadikan Indonesia sebagai rekan mereka untuk pengekspor ikan. Salah satu komoditi yang paling diincar adalah udang.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) komoditas udang telah diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat di angka 66,06%, Jepang 19,3%, Uni Eropa 4,54%, negara–negara ASEAN 2,17%, Tiongkok 1,95 % dan ke negara lainnya 5,98%.

Potensi tersebut juga masih bisa ditingkatkan mengingat kebutuhan pangan dunia cenderung mengalami kenaikan dalam hal konsumsi. Guna menjaga geliat pasar ekspor sekaligus domestik, KKP mendukung penuh peningkatan produksi udang yang berkualitas.

"Salah satu dukungan pemerintah adalah dengan pencegahan masuk dan tersebarnya penyakit yang menjadi ancaman bagi keberlanjutan industri udang di Indonesia," kata Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), Rina di Jakarta, di Jakarta

Kendala yang dihadapi pengembangan udang di Indonesia adalah penyakit udang sehingga dibutuhkan laboratorium yang mumpuni untuk menyediakan obat dan berbagai asupan yang penting untuk keberhasilan penembangan udang.

"Masuk dan tersebarnya penyakit–penyakit tersebut ke dalam suatu wilayah atau negara bukan hanya berbahaya bagi industri budidaya namun juga bagi kelestarian sumber daya hayati ikan, terutama plasma nutfah asli," ujarnya

Untuk itu, KIPM telah menandatangani kerjasama dengan The Yellow Sea Fisheries Research Institute (YSFRI), RRT atau laboratorium yang telah diakui dan ditunjuk oleh OIE sebagai acuan di wilayah Asia untuk penyakit white spot syndrome virus (WSSV) dan infectious hypodermal hematopoietic necrosis virus (IHHNV) pada udang.

"Salah satu target utama kerjasama ini adalah BKIPM memiliki laboratorium berstandar internasional dan diakui oleh OIE untuk menjadi acuan bagi pengujian WSSV dan IHHNV di wilayah Asia Tenggara," terangnya.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X