Air terjun Victoria yang berada di perbatasan Zimbabwe dan Zambia ini bisa menjadi bukti nyata perubahan iklim di dunia.
Pada tahun 2019 silam, air terjun terbesar di Afrika itu berhenti mengalir. Aliran deras di air terjun setinggi lebih dari 100 meter dan lebar 1,7 km itu tiba-tiba berubah bak keran macet.
Gemuruh yang biasanya terdengar berubah hening. Kekeringan di air terjun Victoria ini pun disebut sebagai kekeringan akibat perubahan iklim terparah di abad ini.
These pictures of the Victoris Falls are a stark reminder of what climate change is doing to our environment and our livelihood.
— Edgar Chagwa Lungu (@EdgarCLungu) October 1, 2019
It is with no doubt that developing countries like #Zambia are the most impacted by climate change and the least able to afford its consequences. pic.twitter.com/a6X0V2TrEQ
Aliran sungai Zambezi yang menjadi sumbernya berkurang tiga kali lipat hingga akhirnya mengering. Padahal, air terjun ini merupakan salah satu daya tarik pariwisata Zimbabwe dan Zambia.
Alhasil, tak hanya air yang mengering, namun juga pemasukan para pelaku pariwisata di daerah tersebut. Pasokan listrik yang bergantung pada PLTA dari air terjun juga tak mengalir.
Presiden Zambia Edgar Lunggu mengatakan kala itu bahwa mengeringnya air terjun Victoria menjadi pengingat yang mencolok akan bahaya perubahan iklim.
Untungnya, kini air terjun tersebut telah mengalir kembali. Air terjun Victoria mencatat volume air tertinggi dalam satu dekade pada bulan Mei 2020.
Sayangnya, kedatangan wisatawan diperkirakan masih belum semasif sebelumnya gara-gara pandemi Covid-19 yang menghantam seluruh dunia.
“Betapa ironi yang menyedihkan, bahwa salah satu dari Tujuh Keajaiban Alam Dunia sedang dalam kondisi terbaiknya saat ini, tetapi dunia sedang terkunci dan sangat sedikit, jika ada, yang bisa menyaksikan destinasi yang ikonik ini, dengan segala kemegahannya," kata Ross Kennedy dari Africa Albida Tourism.