Peran Sri Sultan Hamengkubuwono X di Balik Cantiknya Underpass NYIA

- Jumat, 31 Januari 2020 | 11:34 WIB
Ornamen Kolo Mangkoro di mulut underpass New Yogyakarta International Airport. (INDOZONE/Sigit Nugroho)
Ornamen Kolo Mangkoro di mulut underpass New Yogyakarta International Airport. (INDOZONE/Sigit Nugroho)

Underpass New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kabupaten Kulonprogo dinilai sebagai etalase budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada cerita menarik di balik pembangunan underpass yang katanya terpanjang se-Indonesia itu.

Muatan lokal yang sangat kental pada ornamen-ornamen underpass sepanjang 1,4 kilometer tersebut tak lepas dari campur tangan DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. Hal ini diungkapkan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, Sugiyartanto.

"Ini adalah bagian dari kearifan lokal yang dikombinasikan, bahwa yang namanya teknis itu tidak harus kaku. Kita bisa mengadopsi kearifan lokal," ujar Sugiyartanto kepada Indozone, saat meninjau persiapan peresmian underpass NYIA, Kamis (30/1/2020). 

-
Ornamen 3D berbentuk orang menari Jatilan yang terdapat Di sepanjang underpass NYIA. (INDOZONE/Sigit Nugroho)

Sugiyartanto mengungkap, seluruh ornamen yang terdapat pada underpass tersebut memiliki makna tersendiri. Hal itu disesuaikan dengan saran Sri Sultan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan wilayah tersebut.

"Kebetulan 'Ngarso Dalem' (sebutan untuk Sri Sultan Hamengkubuwono X) memberikan masukan untuk ornamen ciri khas underpass ini, yaitu menggunakan muatan lokal dari kesenian budaya lokal. Ini kita lakukan untuk memberikan gambaran bahwa membangun infrastruktur itu juga harus memperhatikan lingkungan," tuturnya. 

Sementara itu, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional X, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Akhmad Cahyadi menjelaskan lebih detil. Setidaknya ada dua ornamen bermuatan lokal yang sangat mencolok pada underpass ini, yaitu adanya ornamen 3D (tiga dimensi) bergambar orang menari dan juga terdapat ornamen Kolo Mangkoro. 

Tarian yang dipamerkan pada ornamen itu adalah Jatilan dan Angguk Tenteng. Tari Jatilan merupakan tari tradisional dari Yogyakarta, sedangkan tari Angguk Tenteng itu adalah tari asli dari Kulonprogo. 

-
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional X, Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, Akhmad Cahyadi. (INDOZONE/Sigit Nugroho)

 

"Kita memang secara khusus menggandeng seniman, kuratornya. Itu nanti kalau kita lihat ornamen penarinya itu membentuk gerakan menari, jika dilihat sambil berjalan dengan kecepatan 40-50 km/jam," ujar Akhmad menjawab pertanyaan Indozone dalam kesempatan berbeda. 

Sementara untuk ornamen Kolo Mangkoro yang terdapat di mulut underpass, lanjut Akhmad, merupakan jenis ukir-ukiran khas yang juga terdapat pada ornamen di Tamansari Yogyakarta. Hal itu semakin membuat underpass NYIA kaya akan nilai seni.

"Ini mengingatkan bahwa kita sedang di Yogyakarta. Ini semua kita tampung dan kita angkut di sini sebagai muatan lokal," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X