Kemunculan virus corona di Indonesia masih membuat banyak orang khawatir dan takut. Apalagi, virus ini telah menyebabkan seorang pasien positif corona di Indonesia yang merupakan WNA, meninggal dunia pada Rabu, (11/3/2020).
Virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok ini menyebar dengan begitu cepat. Ada berbagai media dan sarana yang menjadi sumber penyebaran virus corona. Salah satunya ialah transportasi umum kereta rel listrik (KRL).
Pasalnya, KRL adalah salah satu moda transportasi yang banyak digunakan oleh orang-orang. Bahkan, hampir setiap harinya moda transportasi ini dipenuhi oleh penumpang yang ingin bepergian ke suatu tempat.
Kepadatan yang terjadi di dalam KRL bisa menjadi salah satu pemicu penyebaran virus corona. Kendati demikian, ada baiknya jika setiap orang tak perlu terlalu khawatir dengan virus yang kini statusnya dinaikkan jadi pandemi oleh WHO.
Dilansir dari ANTARA, sejumlah penumpang kereta aktif atau dikenal dengan istilah Anak kereta (Anker) membagikan tips-tips agar tetap bisa beraktivitas menggunakan KRL serta tak khawatir secara berlebihan dengan virus corona.
Salah seorang anak Anker, Ripaldi (38 tahun) mengatakan, daya tahan tubuh yang fit adalah tips utama baginya untuk berangkat kerja menggunakan KRL.
"Iya neh, arena-arena publik berisiko, tinggal jaga stamina kita aja, kalau badan fit, virus-virus akan lewat aja," kata Ripaldi.
Pegawai di salah satu instansi pemerintahan ini mengatakan, KRL dan ojek adalah dua moda transportasi yang dinilai baik untuk ia gunakan.
"Kalau bawa mobil macet, pindah ke bis jalurnya tidak sesuai," ujarnya.
Ripaldi yang setiap harinya menggunakan KRL dari Bogor menuju Jakarta ini membeberkan, tips lainnya yang harus dilakukan ialah tetap beraktivitas seperti biasa dan mengikuti petunjuk serta aturan pemerintah terkait pencegahan COVID-19.
"Ngikutin yang anjuran pemerintah, bermasker meski enggak semua, yang lain-lainnya tetap 'business as ussual' (beraktivitas seperti biasa)," kata Ripaldi.
Sementara itu, anak Anker lainnya, Gaisha (32 tahun) warga Bogor yang bekerja di kawasan Tanjung Barat mengaku tidak terlalu khawatir dengan kabar risiko virus corona melalui transportasi publik.
Menurut dia, suasana di commuter line tidak berpengaruh, bahkan saat kondisi kereta sedang padat, misalnya di jam 07.00 WIB.
"Cuma lebih banyak yang pakai masker," kata Gaisha.