Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan, hingga Jumat (20/3/2020). Sejak awal perdagangan hari ini sampai pukul 12.57 WIB, kurs rupiah berada di level Rp16.070/USD atau melemah 0,99% dibandingkan penutupan perdagangan Kamis kemarin.
Dari data RTI, rupiah keok terhadap seluruh mata uang di Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika. Hanya dengan dolar Hong Kong rupiah stagnan di posisi yang sama sejak awal perdagangan hari ini.
Depresiasi terparah rupiah, yaitu terhadap mata uang dolar Australia yang melemah hingga 2,84%, diikuti poundsterling (Inggris) yang melemah hingga 2,12%.
Ekonom Pefindo, Fikri C Permana, berharap kurs rupiah tidak semakin terpuruk, seperti saat krisis ekonomi dan moneter 1998. Dia juga mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin. Hal itu diakuinya akan berpengaruh terhadap tingkat daya beli masyarakat.
"Ini akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Fikri kepada Indozone, Jumat (20/3/2020).
Fikri menyebut, salah satu penyebab anjloknya rupiah karena semakin banyak investor asing yang cemas dan panik. Alhasil para investor melakukan aksi jual di pasar saham dan obligasi. Rupiah yang mereka dapat akhirnya ditukar dengan dolar AS untuk meninggalkan pasar Indonesia.
"Ini yang membuat dolar AS terus menguat," tutur Fikri.
Meski demikian, Fikri optimistis. Andai rupiah jatuh ke level terendah seperti krisis 1998, hal itu tidak terlalu bermasalah.
Hal ini justru menjadi peluang meningkatkan daya saing ekspor Indonesia. Walaupun diakui olehnya permintaan ekspor dari dunia pasti melambat akibat virus corona.
"Saya perkirakan kurs rupiah berada pada level Rp15.360-Rp16.660 per dolar AS," pungkasnya.