Untuk Kurangi Sampah Plastik, Indonesia Jajal Teknologi Iradiasi

- Rabu, 19 Mei 2021 | 14:19 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar (tengah) bersama Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan (kiri) dan Dirjen PSLB3 Rosa Vivien Ratnawati (kanan). (ANTARA/HO-KLHK)
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar (tengah) bersama Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan (kiri) dan Dirjen PSLB3 Rosa Vivien Ratnawati (kanan). (ANTARA/HO-KLHK)

Indonesia melalui Badan Teknologi Nuklir Indonesia (BATAN) menjajal pemanfaatan teknologi iradiasi dalam daur ulang limbah, sebagai upaya untuk mengurangi sampah plastik di bawah program NUTEC Plastic International Atomic Energy Agency (IAEA).

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu (19/05), mengatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengurangi timbulan sampah plastik, termasuk yang di laut.

Dalam kurun waktu tiga tahun, sampah plastik laut berkurang dari 615.000 ton pada 2018 jadi sekitar 521.000 ton pada Desember 2020.

Ia mengatakan bahwa mulai 2020 hingga 2024, BATAN akan mengkaji dan melakukan penelitian pengembangan komposit plastik yang terbuat dari komposit serat selulosa dan mikroplastik radio-trace serta radioekologi akuatik.

“BATAN sejak lama telah berkolaborasi dengan IAEA dalam penggunaan energi nuklir untuk penggunaan damai, yang kemudian menjadikan IAEA menunjuk BATAN sebagai pusat kolaborasi untuk makanan dan industri. Selanjutnya, BATAN akan terus mengkaji dan meneliti komposit plastik kayu dengan menggunakan serat berbasis kelapa sawit," katanya, seperti dilihat INDOZONE.

Selain itu, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN juga telah menyiapkan dokumen rencana implementasi proyek NUTEC Plastic sebagai dasar endorsement bagi Indonesia menjadi pilot country.

Lewat program tiu diharapkan penggunaan iradiasi (polimerasi) dalam daur ulang limbah plastik dapat dikembangkan lebih lanjut melalui sektor industri pada skala ekonomi.

IAEA meminta Indonesia untuk jadi negara pilot bagi tiga fase demonstration project NUTEC Plastic, yaitu fase 1, penguatan penanganan limbah plastik di sektor hilir, fase 2, pembangunan demo plant, dan fase 3, upstreaming pemanfaatan teknologi iradiasi penanganan limbah plastik.

Sebelumnya dalam forum IAEA High Level Round Table Discussion for The Asia and the Pacific Region “NUTEC Plastic: Atoms Contributing to the Search for Solutions to Plastic Pollution” yang diselenggarakan IAEA secara virtual pada Selasa (18/5), Siti mengapresiasi program NUTEC Plastic yang bertujuan membantu negara-negara di Kawasan Asia Pasifik dalam mengintegrasikan teknologi nuklir untuk pengelolaan sampah plastik.

Ia meyakini bahwa inisiatif tersebut akan semakin mendukung strategi daur ulang plastik untuk menjawab tantangan dan permasalahan sampah plastik secara komprehensif, dari hulu hingga hilir, dengan memberikan inovasi teknologi untuk mengolah sampah plastik menjadi produk antara yang selanjutnya dapat digunakan untuk bahan industri, menciptakan inovasi baru untuk industri plastik yang ramah lingkungan.

"Dalam konteks ini, izinkan saya meyakinkan kesiapan Indonesia untuk menjadi salah satu proyek percontohan yang ditawarkan IAEA, karena kami melihat manfaat proyek ini dalam meningkatkan kapasitas untuk mengendalikan teknologi radiasi dan memperkuat kemampuan sumber daya manusia di tingkat nasional," ujar dia.

Siti berharap, integrasi program NUTEC Plastic ke dalam program pengendalian limbah plastik nasional akan meningkatkan inovasi teknologi dan membantu dalam mencapai target pengurangan limbah plastik dalam jangka panjang.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X