Afghanistan Runtuh dan Taliban Menang karena Korupsi dan Banyaknya Tentara 'Hantu'

- Selasa, 31 Agustus 2021 | 08:02 WIB
Suasana usai bom bunuh diri di Kabul, Afghanistan (Reuters)
Suasana usai bom bunuh diri di Kabul, Afghanistan (Reuters)

Ketika Taliban menyerbu ibu kota Afghanistan, Kabul, kelompok militan itu hampir tidak menghadapi perlawanan. Mantan presiden negara tersebut yakni Ashraf Ghani, melarikan diri ke Uni Emirat Arab dan dituduh oleh salah satu duta besarnya membawa kabur uang sebanyak USD169 juta atau setara Rp3,3 triliun.

Sebelumnya Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyalahkan rakyat Afghanistan yang dianggapnya tak memiliki keinginan untuk membuat masa depan mereka menjadi lebih baik.

Baca Juga: Taliban Beri Waktu Negara Lain hingga 31 Agustus untuk Evakuasi Warga Asing di Afghanistan

"Kami memberi mereka setiap kesempatan," ujar Biden seperti dilansir dari Guardian. “Kami tidak bisa memberi mereka keinginan untuk memperjuangkan masa depan mereka."

Namun pendapat Biden tersebut dianggap tidak bermoral karena banyaknya rakyat Afghanistan yang terus disiksa dan kemungkinan akan segera dibunuh.

Kemenangan Taliban ternyata adalah produk dari korupsi dan kronisme para elit – terutama personel militer senior AS dan politisi Afghanistan.

Korupsi di Afghanistan telah lama menjadi rahasia umum di kalangan pengamat internasional dan warganya sendiri. Pada tahun 2020, Transparency International menempatkan Afghanistan di antara 20 negara paling korup di dunia.

Laporan dana pemerintah AS yang mengalir ke kantong panglima perang dan sindikat kriminal adalah hal biasa, sementara nepotisme merusak kepercayaan publik pada pemerintahan. 

Jika rakyat Afghanistan dan militernya menolak untuk memperjuangkan negara, itu sebagian karena mereka tidak memiliki keyakinan.

Salah satu alasan mengapa militer Afghanistan runtuh begitu cepat adalah karena, sebagian, militer itu sebenarnya tidak ada. Pada bulan Juli, Presiden Biden mengklaim bahwa tentara Afghanistan memiliki 300.000 tentara, tetapi Pentagon tahu jumlah itu meningkat.

Komandan militer Afghanistan telah mengantongi uang ekstra yang dialokasikan untuk tentara palsu.

“Jumlah personel 'hantu' mungkin mencapai puluhan ribu,” kata John Sopko, inspektur jenderal khusus untuk rekonstruksi Afghanistan, dalam pidato tahun 2017. 

Sebuah laporan West Point, dirilis pada bulan Januari, memperkirakan pemerintah Afghanistan memiliki kekuatan tempur nyata hanya 96.000. Dan pada saat Kabul jatuh, para prajurit ini dilaporkan tidak lagi menerima gaji, atau bahkan makanan.
 
Pada bulan April lalu, bahkan investigasi untuk Proyek Pelaporan Kejahatan dan Korupsi Terorganisir (OCCRP) melaporkan jika presiden Afghanistan dan keluarganya terlibat korupsi pertambangan, bersama dengan kontraktor militer AS.

Artikel Menarik Lainnya:

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X