Rupiah Melemah, Optimisme Indonesia Terhindar dari Krisis Tetap Ada

- Rabu, 29 Juli 2020 | 18:56 WIB
Uang rupiah. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Uang rupiah. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah pada penutupan perdagangan sore ini, Rabu (29/7/2020). Meski demikian, sebagian besar pelaku pasar optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bangkit dan Indonesia bakal terhindar dari krisis. 

Mengutip data Bloomberg, pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah tercatat melemah tipis 0,05% ke Rp 14.543 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara itu, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor, rupiah ditutup melemah 0,18% ke level Rp14.570 per dolar AS dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan meski rupiah melemah, namun pelaku pasar masih masih memiliki optimisme akan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Pelaku pasar yakin ekonomi Indonesia akan bangkit dan resesi bisa dihindarkan," kata Ibrahim di Jakarta, Rabu (29/7/2020). 

Optimisme ini, kata Ibrahim yang kemudian membawa angin segar tersendiri bagi pelaku pasar untuk kembali masuk ke pasar Indonesia. Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal akan minus di kuartal II-2020, namun ini merupakan awal kebangkitan ekonomi sehingga di kuartal berikutnya akan kembali positif.

Namun Ibrahim mengingatkan harapan ini harus dibarengi dengan penanganan pandemi virus corona yang efektif seiring dengan pembukaan aktivitas ekonomi. Dengan demikian, kondisi ekonomi nasional bisa recovery pada kuartal III dan kuartal IV.

"Kalau itu terjadi, maka pertumbuhan ekonomi kita secara keseluruhan tahun akan bisa tetap di zona positif," tuturnya. 

Faktor lainnya, lanjut Ibrahim adalah pelaku pasar saat ini tengah menantikan hasil rapat bulanan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang rencananya diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Kemungkinan suku bunga acuan AS bertahan di rentang 0% -0,25%.

"Tidak ada ruang perubahan sama sekali," sebutnya. 

Walau tidak ada perubahan kebijakan, Ibrahim menyebut bahwa investor berharap The Fed mengubah penekanan kebijakannya ke depan. The Fed sendiri saat ini terus fokus mendorong agar laju inflasi AS bisa di atas target 2%. 

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X