Lemahnya tingkat konsumsi, terutama pada golongan masyarakat kelas menengah keatas, disebut menjadi faktor utama dari penurunan angka pertumbuhan ekonomi yang mencapai minus 5,32% (yoy).
Oleh karena itu, Ekonom dan Founder Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Hendri Saparini menyebut bahwa pemerintah harus membuat sebuah kebijakan yang bisa memicu konsumsi masyarakat, khususnya kelas menengah keatas.
Hendri mengatakan, kontribusi konsumsi yang sebesar 58% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ternyata disokong oleh kelompok tertinggi. Ia menyebut, porsi pengeluaran 40% penduduk terbawah hanya sekitar 17%, sedangkan 20% penduduk tertinggi adalah lebih dari 45%.
“Kalau mereka tidak didorong dengan kebijakan, maka itu menjadi berat. Kita berharap ada kebijakan untuk mendorong agar semua level rumah tangga dari desil (kelompok) satu sampai 10 melakukan spending (pengeluaran)," ujar Hendri dalam webinar yang diselenggarakan hari ini, Kamis (13/8/2020).
Hendri berharap, pemerintah segera membuat kebijakan dan program-program yang mampu mendorong konsumsi seluruh lapisan masyarakat, agar pertumbuhan ekonomi tidak terkontraksi kembali.
"Untuk masyarakat desil satu hingga empat, pemerintah dapat mempercepat penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan menciptakan lapangan pekerjaan," tuturnya.
“Mereka sudah ada penurunan daya beli. Harus ada lapangan kerja yang diciptakan sehingga multiplier effect-nya lebih besar,” sambungnya.
Selanjutnya, kata Hendri, pemerintah harus bisa memberikan paket bantuan yang berisi produk lokal buatan UMKM, sehingga dana stimulus ekonomi dapat sekaligus mendukung produk dalam negeri dan mendongkrak kinerja UMKM.
“Uang yang sangat mahal kita dapatkan dengan yield mendekati 7%, kemudian tidak mendorong ekonomi ini sangat disayangkan,” pungkasnya.
Artikel Menarik Lainnya:
- Rekonstruksi Pembunuhan Bos Roti: Saat Ditikam Korban Sempat Melawan
- Oscar Lawalata Resmi Jadi Wanita
- LPDP Tagih Veronica Koman Kembalikan Beasiswa Rp773 Juta