Ini Sebab Indonesia Belum Bisa 'Move On' dari Stunting

- Jumat, 28 Februari 2020 | 21:47 WIB
Petugas Posyandu mengukur tinggi badan balita sebelum pemberian vitamin di Posyandu Bougenvile, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (25/2/2020). Itu merupakan upaya pencegahan stunting (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto).
Petugas Posyandu mengukur tinggi badan balita sebelum pemberian vitamin di Posyandu Bougenvile, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (25/2/2020). Itu merupakan upaya pencegahan stunting (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto).

Masalah kerawanan pangan, tingkat pendidikan yang masih rendah, serta permasalahan ekonomi keluarga yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, disebut menjadi permasalahan serius yang menyebabkan persoalan stunting (masalah gizi kronis) belum bisa hilang dari Indonesia. 

Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa, Yeni Purnamasari, mengatakan, pemerintah telah memetakan wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kerawanan stunting tinggi. Bappenas, sebagai salah satu institusi yang ditunjuk Presiden untuk menangani masalah tersebut juga telah membuat peta jalan (roadmap) untuk mengatasi masalah stunting. 

"Kerawanan pangan itu sudah dipetakan pemerintah. Artinya, tiga pokok masalah yang disebutkan tadi, yaitu defisiensi kalori sama protein, akibatnya stunting dan gizi kurang. Di penelitian yang IDEAS sampaikan tadi, ada disparitas yang 1% itu ternyata konsumsi beras gak terlalu jauh. Akan tetapi, begitu soal protein, daging merah itu sangat tinggi disparitasnya. Jadi kerawanan pangan itu berperan dalam terjadinya stunting itu sendiri," ujar Yeni menjawab pertanyaan Indozone, usai diskusi yang diselenggarakan Dompet Dhuafa di Jakarta, Jumat (28/2/2020). 

Selain asupan makanan, pola asuh yang tidak benar juga sangat berpotensi menyebabkan permasalahan stunting. Menurut Yeni, pola asuh itu juga dipengaruhi faktor pendidikan yang tidak terlalu baik. Ia mencontohkan, sebagian besar ibu di Indonesia justru mendahulukan asupan gizi suaminya ketimbang untuk anaknya. 

"Ini adalah kultur yang harus kita sadari, terjadi di kita, di Indonesia," tuturnya.

Menurut Yeni, permasalahan stunting akan bisa diatasi dengan baik ketika hal-hal yang menjadi akar masalah, yaitu pendidikan dan ekonomi, bisa diselesaikan dengan baik.

"Dompet Dhuafa sendiri sudah melakukan dari dua upaya yang spesifik dan sensitif. Dari mulai penyediaan layanannya, aksesnya, sudah kita lakukan sejak 2001. Kemudian sejak 2010 sampai sekarang, kita selain akses juga pemberdayaan masyarakat. Jadi masyarakat harus kita libatkan secara aktif dan bukan hanya sebagai obyek," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X