China mengancam akan memberikan sanksi kepada Inggris dan negara lain yang memboikot Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing atas tuduhan 'genosida' Muslim Uighur.
Anggota parlemen Inggris termasuk pemimpin Demokrat Liberal Ed Davey telah menyerukan boikot Tim GB atas dugaan 'pembersihan etnis' Beijing terhadap warga Uighur yang telah dipenjara dan menjadi sasaran 'pendidikan ulang' politik di Xinjiang.
Tapi Hu Xijin, editor Global Times yang dikendalikan negara, memperingatkan pada hari Minggu (7/2) bahwa 'China akan secara serius memberikan sanksi kepada negara mana pun yang mengikuti seruan seperti itu'.
"Memboikot Pertandingan Musim Dingin Beijing 2022, ide yang tidak populer, tidak akan mendapat dukungan luas," katanya, dikutip dari Daily Mail.
Lib Dems mengatakan pada akhir pekan bahwa atlet Inggris tidak boleh menjadi 'bagian dari latihan propaganda' untuk Komunis China pada tahun 2022.
Mr Davey membalas ancaman itu dengan mengatakan bahwa 'kami tidak dapat diganggu oleh pemerintah China', menambahkan bahwa 'kami harus menggunakan setiap pengaruh yang kami miliki'.
"Apa yang kami dengar dari China adalah penindasan yang jelas dan sederhana dan kami tidak dapat diganggu oleh pemerintah China saat mereka melakukan pembersihan etnis dan genosida," tanggapannya mengenai ancaman sanksi tersebut.
"Kami telah membuat beberapa permintaan yang sangat masuk akal. Seluruh komunitas dunia membuat permintaan yang masuk akal dan pemerintah China seharusnya tidak bersembunyi darinya."
Kelompok hak asasi manusia telah menyuarakan keprihatinan tentang acara 2022 sejak diberikan kepada Beijing pada 2015, tujuh tahun setelah kota itu menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas.
Sejak itu, hubungan Barat dengan China memburuk karena daftar panjang masalah termasuk Uighur tetapi juga pandemi virus corona dan Hong Kong.
Tetapi AS saat ini tidak berencana untuk memboikot Olimpiade, dengan Komite Olimpiade dan Paralimpiade Amerika mengatakan pihaknya menentang langkah tersebut.
