Tersangka IYA (36), pembina Pramuka siswa-siswi SMPN 1 Turi, Sleman, DIY, menuturkan alasannya melakukan kegiatan susur Sungai Sempor.
Dia menginisiasi kegiatan itu untuk membentuk karakter para muridnya.
"Sebenarnya ini kan latihan karakter supaya mereka agak bisa sedikit memahami sungai," kata IYA saat dihadirkan dalam jumpa pers di Mapolres Sleman, Selasa (25/2/2020).
Menurut IYA, anak zaman sekarang jarang yang bermain di sungai. Karena itu, dia merasa perlu mengenalkan sungai kepada siswa-siswi peserta kegiatan Pramuka SMPN 1 Turi itu.
Saat memberangkatkan 249 siswa tersebut sekitar pukul 13.30 WIB cuaca belum hujan. Apalagi, saat itu ada temannya yang biasa mendampingi kegiatan susur sungai di Lembah Sempor.
"Saya cek di sungai, dari atasnya di jembatan airnya juga tidak deras. Kemudian saya kembali ke tempat start pemberangkatan (titik awal susur sungai) itu airnya juga enggak masalah," kata dia.
Sayangnya, peristiwa mengerikan terjadi yaitu hanyutnya ratusan siswa-siswi dan membuat 10 orang tewas. IYA, R (58) dan DDS (58) yang dijadikan tersangka ini malah tidak ikut mendampingi siswanya ke sungai.
"Ide lokasi, ide meyakinkan semuanya ada pada ketiga orang ini, terutama IYA. Tapi justru yang bersangkutan malah tidak ikut turun," kata Wakil Kapolres Sleman Kompol M Akbar Bantilan.
IYA juga meninggalkan lokasi kejadian dan membiarkan murid hanya didampingi 4 pembina. IYA baru kembali ketika siswanya telah hanyut, dan bergabung melakukan pertolongan.
"Kejadian sangat sekejap karena ini diterpa banjir bandang bahkan pembina-pembina yang dewasa tersebut yang seharusnya melindungi, menjaga, ikut terseret sampai 50 meter. Mengurusi diri sendiri saja tidak bisa apalagi membawa 249 siswa," kata dia.
