Dinasti Politik Dinilai Lebih Banyak Menangkan Pilkada

- Selasa, 4 Agustus 2020 | 21:52 WIB
Ilustrasi pilkada (Foto: ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)
Ilustrasi pilkada (Foto: ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)

Politik dinasti kembali menjadi sorotan publik jelang Pilkada Serentak 2020. Hal itu terjadi lantaran sejumlah calon Kepala Daerah, memiliki hubungan dengan pejabat publik yang sedang berkuasa saat ini.

Sebut saja Gibran Rakabuming Raka yang maju pada Pilwalkot Solo yang merupakan anak pertama Presiden Joko Widodo. Kemudian juga Bobby Nasution yang merupakan mantu Presiden Jokowi yang maju di Pilkada Medan, serta keponakan Ketua Umum Partai Gerindra Rahayu Saraswati dan anak Wapres Ma'ruf Amin, Siti Nur Azizah di Tangerang Selatan.

Peneliti Politik Dinasti, Yoes C Kenawas dalam sebuah Webinar yang bertajuk 'Pilkada, Antara Dinasti dengan Kotak Kosong' yang digelar Perludem, Selasa (4/8/2020) mengungkapkan sebuah fakta dari tiga kali pilkada di Indonesia, yaitu pada 2015, 2017 dan 2018.

Menurutnya, dari total 3 pilkada tersebut, politik dinasti cenderung lebih banyak menangkan pertarungan. Yoes mencatat setidaknya ada 202 individu terkait dinasti politik yang ikut dalam tiga pilkada terakhir Indonesia.

"Dinasti politik hasil pilkada 2015 sampai 2018, ada 202 individu atau total upaya membentuk dinasti politik. Di mana 117 menang, sedangkan 85 lainnya kalah," kata Yoes.

Yoes mengungkap, dari 202 individu terkait dinasti politik yang ikut dalam tiga pilkada terakhir Indonesia, terbagi menjadi 146 calon kepala daerah dan 56 calon wakil kepala daerah. Dari jumlah itu sebanyak 82 calon kepala daerah dan 35 calon wakil kepala daerah terkait dinasti politik berhasil memenangkan pilkada.

Dia juga mencatat saat ini ada 108 dari 548 wilayah administrasi di Indonesia yang dipimpin oleh kepala daerah dan wakil kepala daerah terkait dinasti politik. Jumlah itu setara dengan 19,7% dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia.

Namun demikian yang sedikit melegakan, kata Yoes, meski sebagian dinasti politik tersebut memenangkan Pilkada, namun tak sepenuhnya mereka berkuasa. Sebab ternyata masih banyak juga perlawanan dari masyarakat yang menentang dinasti politik.

"Jadi meski menang, tapi dinasti politik masih sulit memonopoli kekuasaan secara total. Masih ada sumber-sumber oposisi di masyarakat, baik digerakkan elite ataupun organik dari masyarakat, masih bisa dimanfaatkan dan digali lagi untuk Pilkada 2020," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X