Seperti yang diketahui, Taliban kini telah mengambil alih penuh pemerintahan di Afghanistan. Termasuk menutup beberapa sekolah dan melarang hak-hak wanita.
Atas keresahan itu, banyak kelompok wanita pemberani yang tidak takut mati berhadapan langsung di depan kelompok Taliban untuk unjuk rasa. Para wanita-wanita itu memperjuangkan hak wanita atas paksaan yang dirancang Taliban.
Dua hari setelah kelompok militan mengambil alih, empat wanita dengan abaya hitam dan jilbab hitam dan hijau terlihat dalam video protes, mengangkat tanda-tanda, menuntut agar Taliban memberi mereka hak yang layak.
Namun, seorang aktivis berusia 24 tahun bernama Crystal Barat ternyata seorang mantan mahasiswi lulusan dari Universitas Delhi tahun 2020. Ia termasuk di antara beberapa wanita pemberani yang secara terbuka memprotes Taliban dalam menghadapi senjata dan kekerasan.
These brave women took to the streets in Kabul to protest against Taliban. They simplify asking for their rights, the right to work, the right for education and the right to political participation.The right to live in a safe society. I hope more women and men join them. pic.twitter.com/pK7OnF2wm2
— Masih Alinejad ????? (@AlinejadMasih) August 17, 2021
Baca juga: Presiden Tanzania Sebut Pesepakbola Wanita Miliki 'Dada Rata' & Tak Cocok untuk Dinikahi
Selain itu, Crystal adalah seorang aktivis politik yang telah memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik dari Daulat Ram College di Delhi University dan juga meraih gelar master dari United Nations Institute di Delhi.
They still continue their violence and there is no change in their behavior, thoughts and beliefs. pic.twitter.com/auJV1DrXVH
— Crystal Bayat (@BayatCrystal37) August 19, 2021
Ibunya adalah seorang dokter dan ayahnya bekerja untuk kementerian dalam negeri pemerintah Afghanistan. Bayat menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2019 dan kembali ke negara asalnya.
"Betapa menyedihkannya kisah perempuan yang telah mengalami dua puluh tahun perang dan pertumpahan darah? Afghanistan berada dalam situasi yang mengerikan. Dunia harus mendengar dan bertindak atas suara perempuan dan pemuda Afghanistan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok," katanya, dilansir dari The Hindu, Selasa (24/8/2021).