Pengamat Intelijen: Konspirasi Virus Corona di Tiongkok Belum Tentu Benar

- Minggu, 3 Mei 2020 | 13:48 WIB
Warga di Beijing, Tiongkok, menggunakan masker sebagai pencegahan virus corona. (REUTERS/Thomas Peter)
Warga di Beijing, Tiongkok, menggunakan masker sebagai pencegahan virus corona. (REUTERS/Thomas Peter)

Baru-baru ini ramai dibahas di berbagai media tentang laporan investigasi Aliansi Intelijen the Five Eyes yang mengungkap adanya upaya Tiongkok untuk menyembunyikan atau menghancurkan bukti terkait penyebaran virus corona (Covid-19). 

Aliansi Intelijen the Five Eyes yang terdiri dari Intel Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia dan Selandia Baru menemukan sedikitnya enam fakta yang ditutupi pihak Tiongkok, terkait dengan penyebaran Covid-19. Bahkan, the Five Eyes menuding, Covid-19 sengaja dihembuskan Tiongkok dengan tujuan ekonomi. 

Menanggapi hal itu, pengamat Intelijen dan Keamanan Negara, Stanislaus Riyanta mengatakan, laporan dari the Five Eyes itu tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan untuk men-justifikasi bahwa Tiongkok-lah biang keladi dari mewabahnya virus Covid-19 di seluruh penjuru dunia.

Sebab, the Five Eyes sendiri melakukan penelitian tersebut untuk tujuan serta kepentingan Amerika Serikat (AS) bersama sekutunya.

-
Ilustrasi corona. (Pexels/cottonbro)

 

"Tuduhan dari the Five Eyes kan belum bisa dikatakan sah, karena the Five Eyes itu kan terdiri dari negara-negara yang semuanya pro Amerika dan bukan pihak yang netral. Nah, Tiongkok juga tentu mengeluarkan tuduhan yang sama terhadap Amerika," ujar Stanislaus Riyanta saat dihubungi Indozone, Minggu (3/5/2020). 

Stanislaus Riyanta mengatakan, kedua negara adidaya itu saat ini saling tuduh dan saling menyalahkan terkait Covid-19. Namun demikian menurutnya, jika dipahami lebih dalam lagi, sebenarnya memang saling lempar tanggung jawab terkait Covid-19 ini dilatarbelakangi oleh adanya perang dagang antara kedua negara tersebut. 

"Saya justru melihatnya seperti ini, apapun penyebabnya pandemi Covid-19 ini, dimanfaatkan oleh Tiongkok dan Amerika untuk kepentingan perang dagang mereka. Jadi siapapun yang menyebabkan hal ini, baik Tiongkok dan Amerika, dampak dari pandemi ini dimanfaatkan betul oleh kedua negara untuk perang dagang. Jadi Tiongkok menyerang Amerika dan Amerika juga menyerang Tiongkok," jelasnya. 

Stanislaus Riyanta mengatakan, pandemi Covid-19 ini menjadi babak baru dari perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika, di mana kedua negara ini semakin agresif. 

"Bahayanya adalah ketika kedua negara ini saling berbalas, kalau dulu adalah perang militer, kemudian dilanjutkan perang dagang, dikemudian hari bisa jadi perang bio terorism, ini bahaya. Karena jika tuduhan Tiongkok terhadap Amerika itu benar, atau tuduhan Amerika terhadap Tiongkok itu benar, maka itu sudah merupakan suatu perang bio terorism," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X