Cuaca Ekstrem Masih Akan Terjadi, BMKG Imbau Masyarakat Tetap Waspada

- Minggu, 24 Januari 2021 | 14:08 WIB
Warga melintasi banjir di kawasan Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2020). (INDOZONE)
Warga melintasi banjir di kawasan Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2020). (INDOZONE)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagian besar wilayah Indonesia yaitu 94% dari 342 Zona Musim saat ini telah memasuki puncak musim hujan seperti yang telah diprediksikan sejak Oktober 2020 lalu. Adapun puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada Januari dan Februari 2021.

Untuk itu perlu diwaspadai terjadinya cuaca ekstrem. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menghimbau kepada semua masyarakat agar tetap waspada terkait adanya potensi cuaca ekstrem.

"Kami menghimbau masyarakat dan seluruh pihak untuk tetap terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode Puncak Musim Hujan ini," kata Dwikorita, Minggu (24/1/2021).

Dwikorita menjelaskan, sebagian besar wilayah yang berada pada Puncak Musim Hujan tersebut terutama sebagian Sumatera bagian Selatan, sebagian besar Jawa, sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua. 

“Puncak musim hujan di wilayah tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2021,” tutur dia.

Pada periode musim hujan dan puncak musim hujan ini juga sering terjadi peristiwa cuaca ekstrem dengan curah hujan kategori lebat hingga sangat lebat. Dari faktor-faktor pengendali iklim di wilayah Indonesia, saat ini yang sedang aktif berpengaruh adalah Monsoon Asia. 

BACA JUGA: Berulang Kali Langgar Protokol Kesehatan, Cafe di Senopati Bakal Ditutup Permanen

Daerah Konvergensi Antar Tropis (ITCZ) memperlihatkan anomali yang mengarah pada penguatan curah hujan tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia.  Fenomena La Nina saat ini juga masih aktif dengan Indeks yang mengarah ke kondisi normal pada bulan Mei 2021.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto memaparkan, peningkatan trend curah hujan ekstrem ini selain dipicu oleh fenomena dan/atau gangguan skala iklim, dikaitkan juga sebagai dampak perubahan iklim. Hasil kajian untuk wilayah Jakarta, menunjukan bahwa frekwensi kejadian hujan tinggi yang semakin meningkat (Siswanto dkk, 2015).

"Dari pengamatan BMKG walaupun curah hujan berada pada tingkat sedang, namun masih berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Hal ini tergantung pada daya dukung lingkungan dalam merespon kondisi curah hujan," ujar Guswanto. 

Misal jika terjadi banjir bandang, dikarenakan adanya tumpukan endapan longsor yg masuk ke lembah sungai dan juga adanya sisa-sisa penebangan pohon dibagian hulu, yang dapat menahan atau membendung air. 

Jika hujan terus berlangsung, lanjut dia, kemudian akan menjebol bendung tumpukan endapan longsor dan ranting kayu tersebut, sehingga endapan dan ranting kayu hanyut dengan kecepatan tinggi, mengakibatkan banjir bandang di bagian hilirnya. 

“Demikian pula banjir dan genangan, selain akibat curah hujan tinggi juga dapat diakibatkan kondisi permukaan yang tidak mendukung air mengalir dengan cepat atau normal ke saluran-saluran yang semestinya,” papar dia.

Lebih jauh Guswanto mengatakan, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. Untuk sepekan kedepan, fenomena gelombang atmosfer seperti MJO, Gelombang Rossby Ekuatorial, Gelombang Kelvin teridentifikasi masih cukup berkontribusi signifikan terhadap peningkatan potensi hujan di wilayah Indonesia.

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X