Jakarta Terus Terendam Banjir Gegara Hal Ini

- Selasa, 25 Februari 2020 | 07:23 WIB
Ilustrasi banjir Jakarta (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah)
Ilustrasi banjir Jakarta (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah)

Sejak pekan lalu sampai pagi ini (25/2/2020), sejumlah wilayah DKI Jakarta masih terendam banjir dengan ketinggian yang bervariasi. Banjir ini disebabkan karena tingginya intensitas hujan yang mengguyur Jakarta.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bambang Hidayah mengungkapkan, ada sejumlah kawasan di 12 titik sungai di Ibu Kota yang berpotensi terendam banjir. 

Sebabnya, proses normalisasi sungai yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta stagnan atau mandek.

"Ada 83 titik lokasi, kan 12 titik di lokasi yang belum dinormalisasi," kata Bambang ditemui di Balai Kota Jakarta, Senin (24/2/2020).

Bambang mengungkapkan, titik banjir yang terjadi pada Minggu (23/2) kemarin ada 83 lokasi yang dicatat BBWSCC. Sebanyak 12 di antaranya berada di bantaran atau aliran sungai yang ada di Jakarta. 

Adapun 11 titik yang belum dilakukan normalisasi itu ialah Sungai Sunter (delapan titik), Sungai Cakung (dua titik) dan Sungai Pesanggrahan (satu titik). 

Lalu satu titik di Kali Sentiong kini sudah dinormalisasi, karena terjadi kebocoran pada dinding beton alias (sheet pile). Sementara itu, 71 titik lainnya adalah kawasan sistem drainase. 

Diketahui, hujan dengan intensitas tinggi melanda wilayah DKI Jakarta membuat sejumlah lokasi kebanjiran dan ribuan jiwa terpaksa mengungsi.

Banjir kali ini melanda sejumlah daerah, seperti Jakarta Pusat, Jakarta  Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, ini dengan level banjir dan dampak yang bervariasi.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, per hari Senin (24/2/2020) kemarin, terdapat 2.393 jiwa dari 682 kepala keluarga (KK) yang terpaksa mengungsi karena terdampak banjir. 

Terpisah, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Achmad Taufan Maulana mengatakan, Februari tahun ini merupakan puncak musim hujan dan cuaca ekstrim. Kondisi itu sudah diprediksi dan diperkirakan sebelumnya.

"BMKG telah memprediksi bahwa Februari ini masih merupakan puncak musim hujan dan cuaca ekstrim masih akan terjadi sampai dengan Maret 2020," kata Taufan kepada Indozone, Jakarta, Senin (24/2/2020) kemarin.

Taufan mengatakan, melihat prediksi hujan dan cuaca tersebut, BMKG pun meminta warga untuk tetap waspada dengan segala perkembangan yang ada. Masyarakat harus selalu memperbarui informasi setiap waktu.

"Oleh karena itu, masyarakat dan semua pihak diimbau agar dapat menyesuaikan aktivitasnya dengan selalu memonitor info cuaca dan peringatan dini BMKG," ujarnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X