Kominfo Sebut Penggunaan Aplikasi Telekonferensi Naik Lebih 400 Persen

- Senin, 22 Juni 2020 | 00:37 WIB
Seorang ASN mengikuti upacara peringatan Hari Lahir Pancasila melalui siaran langsung dari televisi di rumahnya di Imbanagara, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (1/6/2020). (photo/ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Seorang ASN mengikuti upacara peringatan Hari Lahir Pancasila melalui siaran langsung dari televisi di rumahnya di Imbanagara, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (1/6/2020). (photo/ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) saat ini telah mencatat penggunaan aplikasi telekonferensi naik pesat hingga 443 persen sejak pandemi virus corona di Indonesia.

"Ketika wabah dan ada teknologi, masyarakat jadi bisa memanfaatkan teknologi untuk kepentingan sosial, ekonomi, bahkan pendidikan," kata Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kementerian Komunikasi dan Informatika, Henri Subiakto, dalam Webinar "Diseminasi Informasi di Era Pandemi", Minggu (21/6) dilansir ANTARA.

Penggunaan aplikasi telekonferensi tersebut antara lain untuk bekerja, belajar, dan konsultasi kesehatan dari jarak jauh.

Bukan hanya video konferensi yang populer sejak pandemi dan berlaku kebijakan untuk bekerja dari rumah alias work from home, kementerian ini juga melihat ada kenaikan yang signifikan untuk telemedicine, konsultasi kesehatan dari jarak jauh menggunakan aplikasi.

Henri menyebutkan, sebelum pandemi COVID-19, pengguna telemedicine dari berbagai aplikasi yang ada di Indonesia mendekati 4 juta. Saat ini, pengguna berbagai aplikasi telemedicine sudah melebihi angka 15 juta.

Kebiasaan baru seperti bekerja dan belajar dari jarak jauh menimbulkan tantangan baru terutama dari segi jaringan telekomunikasi, internet cepat dan aman menjadi semakin penting untuk menunjang perubahan ini.

Salah satu pekerjaan yang sedang berusaha diselesaikan Kominfo adalah memperluas jaringan 4G ke seluruh wilayah di Indonesia.

Menurut data Kominfo, ada 12.548 desa atau kelurahan yang belum mendapatkan jaringan 4G, sebanyak 9.113 lokasi merupakan daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T).

Lokasi 3T merupakan kewajiban Kementerian Kominfo untuk membangun, melalui Badan Aksesibilitas dan Informasi, sementara lokasi non-3T adalah tanggung jawab operator seluler, sebanyak 3.435 desa/kelurahan.

Daerah tersebut sudah mendapatkan jaringan seluler, namun hanya 2G, yang digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan SMS. Menurut Henri, perlu meningkatkan kapasitas menara seluler dari 2G menjadi 4G di daerah-daerah tersebut.

Kominfo menargetkan pemerataan sinyal 4G ke lebih dari 12 ribu lokasi itu bisa selesai minimal pada 2022.

Indonesia total memiliki 83.218 desa/kelurahan, dari jumlah tersebut, yang sudah terjangkau jaringan 4G sebanyak 70.670.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X